Chapter|41

4.7K 470 2
                                    

Hari ini Rahel kembali pulang ke rumah Emran Malik dan Mahiya Shadiq. Sang putra kembali pada mamanya yang selama beberapa hari ini disibukkan dengan pemburuan. Dia diantarkan wajah penuh ketidak-relaan sang papa. Rahel dan papanya berpelukan erat dan lama di depan rumah saat mobil keluarga Malik menjemput.

Satu orang kepercayaan sang pengkhianat akhirnya dibekuk. Seorang Kepala Kejaksaan Tinggi. Perempuan itu merupakan pelindung gerbong narkoba yang cukup terkenal. Berkatnya, para kriminal itu selalu lolos dari tuntutan meski jelas-jelas mereka berhasil ditangkap.

Kali ini Riya Humeera bisa menikmati pemandangan saat mangsanya digiring. Di saat suami dan putranya bersenang-senang berdua di kediaman mereka.

Perempuan itu pikir, hatinya akan diliputi kesenangan tiada tara saat orang-orang yang berkontribusi dalam pembantaian koleganya tumbang satu-persatu. Namun dibalik kesenangan, bayang-bayang malam saat para agen intelijen itu terbakar habis berkelibat. Air mata tak tertahan menetes di mata indah Riya hari itu. Sungguh, pembalasan ini akan selalu mempunyai dua sisi.

Sialnya, pemburuan ini menyakitkan di satu sisi. Meskipun dia berhasil mengakhiri karir dan hidup para pengkhianat itu, para koleganya tak akan pernah kembali.

Riya Humeera menatap langit, dari beranda lantai dua kediaman Emran dan Mahiya. Dia mengenang para koleganya malam ini.

Sang putra sudah terlelap sejak tadi. Anak laki-laki itu tak henti-henti berceloteh mengenai hari-hari yang dihabiskan bersama sang papa. Matanya melebar dan dengan riang, dia menceritakan pada sang mama mengenai mainan yang dibelikan Arav, film yang mereka tonton bersama, juga dongeng yang dibacakan papanya.

Perempuan itu tak sadar sang suami menatap sosoknya dari kejauhan. Dari beranda lantai dua kediaman laki-laki itu. Dia baru sadar kalau Arav berdiri di sana saat hendak masuk ke dalam kamar. Riya mengurunkan niat, dia balik menatap lekat pada sang suami.

Seolah sudah menjadi sifat manusia, semakin mereka dilarang maka semakin pula menginginkan sesuatu. Pasangan suami-istri itu pun didera kerinduan yang lebih menyiksa. Saat jelas-jelas seseorang yang mereka inginkan dapat dilihat tapi tak bisa didekati. Mereka berdiri lama dengan saling menatap, hanya dari kejauhan.

Arav berdecak pelan.

Riya Humeera tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan dirinya yang masih setia berdiri di beranda. Laki-laki itu masih ingin melihat sosok istrinya, meski hanya dari kejauhan.

Dia beranjak tak rela dari beranda, menuju lantai satu.

Laki-laki itu begitu terperanjat kala kembali masuk ke dalam kamar, istrinya sudah berdiri di dalam sana. Dia memakai setelan pajama hitam berbahan satin dibalut jubah bertudung berbahan sama. Baju yang sama yang dipakai beberapa saat lalu di beranda rumah tetangga.

Terdorong rasa rindu, Arav melangkah cepat mendekati istrinya setelah mengunci pintu. Dia menarik pinggang ramping itu sebelum melumat bibir perempuannya. Tak memikirkan lebih lama bagaimana caranya sang istri bisa masuk ke kamar utama di lantai dua tanpa terlihat siapapun. Persetan dengan semua itu. Tak puas, laki-laki itu mengangkat tubuh istrinya ke atas meja, memposisikan diri di tengah-tengah dan memperdalam ciuman. Mereka larut dalam ciuman panjang, saling melumat, mengisap dan membelai.

Arav melepas pagutan bibir saat istrinya mendorong pelan lengannya, perempuan itu dengan cepat meraup oksigen. Dia mengigit bibir bawahnya saat suaminya menyatukan kening dan mengatur nafas. Jemari laki-laki itu membelai sebelum menjilat dengan lidah, menggigit kecil dan mengisap bibir bawah istrinya. Pagutan dan lumatan panjang kembali tercipta saat sang istri membalas kuluman di bibir bawahnya.

Selang beberapa waktu, Arav mengangkat istrinya ke arah sofa. Dia menyandarkan tubuh itu, sebelum menindih dan kembali melumat bibirnya. Pasangan suami istri itu dipenuhi kabut gairah, mereka saling menyentuh dan membelai di sela-sela ciuman yang semakin intim. Erangan lirih lolos dari bibir terbelah sempurna perempuan itu saat ciuman dan gigitan kecil bibir suaminya turun ke leher, berakhir di puncak dada yang tak lagi tertutup. Kancing pajama tidur itu terlepas keseluruhan oleh jemari lihai suaminya. Belaian memabukkan turun ke perut, pangkal paha dan berakhir pada bagian paling intim dalam dirinya.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang