Chapter|27

4.5K 512 6
                                    

Arav Pasya terbangun di pagi hari, seorang diri di atas ranjang tidur kamar inap sang istri.

Riya Humeera tengah berdiri di samping jendela besar, menatap lekat sang suami yang sedari tadi pulas. Gadis itu kembali diliputi kebimbangan, tak seharusnya dia luluh pada satu ciuman. Begitu dia mengingatkan diri sendiri, berkali-kali. Tapi di satu sisi, Riya Humeera tak kuasa menolak. Sekarang dia tak bisa lagi kembali, berpura-pura kalau dirinya tak menginginkan Arav. Entah, berapa kali pagi ini dia mengutuk diri sendiri.

Laki-laki itu menyusuri ruang rawat inap sang istri dengan mata, mencari keberadaan pencuri hatinya. Arav menopang muka saat menemukan istrinya berdiri dalam jarak beberapa meter darinya, di samping jendela besar kamar itu. Dia tampak mempesona bahkan dengan baju pasien, di bawah sinar matahari pagi. Satu tangan lain Arav mengulur, meminta sang istri mendekat.

"Kemarilah, Humeera. Aku belum puas memelukmu" pintanya.

Sang istri tak patuh.

Riya Humeera berbalik menatap ke luar jendela, pada pemandangan jalan dan orang-orang di bawah sana. Arav mendesah resah dan bangkit, berjalan mendekati istrinya. Dia memeluk posesif tubuh Riya Humeera dari belakang.

"Kau membingungkan. Kau cepat sekali berubah" keluh sulung keluarga Pasya itu berbisik.

"Kau harus berangkat ke kantor, Arav" balas sang istri.

"Aku ingin membolos dan bersama istriku sehari ini saja" pinta Arav memohon.

Riya Humeera berbalik, mulutnya baru membuka untuk melayangkan protes tapi sang suami terlebih dulu menimpali,

"Baiklah, aku tahu kau tak mungkin memberikan izin. Tapi masih ada waktu sebelum Glen datang dan membawa baju ganti untukku. Bisakah kau bersikap ramah seperti semalam padaku sebelum itu" pinta laki-laki itu memohon.

Sang istri berdecak pelan. Dia menyerah, berhenti memprotes suaminya. Riya membalas pelukan sang suami.

Satu tangan sang gadis mengelus pelan punggung laki-laki itu dan satu tangan yang lain menyusuri kancing kemeja Arav, seolah sedang menghitung dari atas ke bawah.

"Bagaimana kau tahu aku di rumah sakit kemarin?" tanya sang istri.

Sang bungsu House of Kamal tiba-tiba terpikir tentang itu. Kali ini Arav yang berdecak memprotes.

"Kau keterlaluan, Humeera" ujarnya kesal.

"Dan yang memberitahuku. Kepala ruang VVIP rumah sakit ini kenalannya. Dia bilang istriku dirawat karena kecelakaan pesawat. Seharusnya kau segera meminta pihak rumah sakit menghubungiku. Apa kamu tahu setakut apa aku kemarin?" keluh kesah sang suami dimulai.

Riya Humeera menggigit kasar bibir bawahnya mendengar jawaban sang suami. Dia kembali didera ketakutan. Kecelakaan pesawat itu bukan apa-apa dibandingkan hal yang mungkin terjadi padanya di kemudian hari. Masih jelas dalam memori sang gadis mengenai berita kematian Orion, koleganya.

"Jangan digigit, ini milikku" pinta Arav dengan suara tertahan.

Jemari laki-laki itu membelai bibir bawah sang istri. Dia tergugah dengan bibir indah yang semalam tak berhenti dilumatnya. Jakunnya bergerak cepat saat mata mereka beradu pandang. Semu merah kembali menghias pipi sang istri mengingat kemesraan mereka.

Dia baru sadar saat ini kalau mereka tak tahu malu sepanjang malam kemarin.

Kecemburuan yang menumpuk selama berminggu-minggu, kerinduan pada sang suami dan rasa takut yang mendera karena berpikir tak bisa lagi bertemu dengan laki-laki itu saat kecelakaan terjadi membuat gadis itu lupa diri kemarin. Untungnya mereka masih bisa menahan diri dan tak berbuat lebih semalam.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang