Chapter|12

4.4K 592 18
                                    

Arav bangun pagi hari ini dengan menekuk dahi karena sang istri masih tertidur di samping si beruang putih. Biasanya seorang Riya Humeera masih di ruang ibadah, atau sudah berolahraga pagi di jam sekian. Laki-laki itu hampir bangkit sebelum mendengar erangan kecil sang gadis. Dia mendekat, kepala laki-laki itu bertengger pada perut besar si beruang putih demi menengok istrinya.

"Ada apa?" tanya Arav kala melihat sang istri memijat pelan punggungnya sendiri.

Sang gadis menoleh, dengan wajah merajuk. Perempuan itu mendekat pada Arav dan mencekik leher suaminya.

"Enaknya menjadi laki-laki. Kau tak pernah sakit karena menstruasi kan?" keluh sang gadis. Dia mengguncang keras leher Arav.

"Lepaskan, Humeera. Kau hampir membunuhku" pinta laki-laki itu.

"Ck, kau selalu berlebihan" ujar Riya cepat.

Gadis itu melepaskan cekikan pada leher suaminya, kembali menepuk punggung dan menekan perutnya.

"Sakit?" tanya sang suami.

Tangan Arav mengulur, membantu menepuk punggung Riya. Istrinya itu tak menjawab, dia hanya mengangguk pelan berkali-kali.

"Arav, ambilkan aku susu hangat" rengek sang gadis.

"Baiklah nyonya, tunggu sebentar" pinta laki-laki itu.

Dia bangkit, menuju lantai satu dan meminta pembantu mereka membawakan sang istri segelas susu hangat. Kala kembali ke dalam kamar, laki-laki itu menemukan istrinya tengah duduk bersandar pada bantal. Rambut tergelung asal dan wajah sedikit pucat.

"Kau tak apa aku tinggal ke kantor?" tanya sang suami.

Riya Humeera berdecak pelan.

"Kamu pikir aku anak kecil, suamiku. Ini cuma menstruasi" keluh gadis itu.

"Cepat siap-siap pak direktur, nanti kau telat" ujarnya lagi.

"Kupikir aku memang agak berlebihan. Kau masih kuat mencekik leherku, hampir patah tadi" balas laki-laki itu.

Sang gadis mendelik tajam, dia semakin kesal saat bantal yang dilemparnya tak sedikitpun mengenai suaminya. Laki-laki itu sudah melesat cepat ke kamar mandi. Dia bahkan masih bisa mendengar suara tawa Arav dalam kamar mandi. Seorang pembantu mengantarkan susu hangat untuk sang gadis dan sebuah undangan pesta pernikahan, untuk Arav. Riya tak kenal dari siapa, mungkin teman lama sang suami.

Dia meletakkan undangan itu pada nakas, sebelum menyesap susu hangat demi meredakan sakit perut menstruasi hari pertama yang selalu menyiksa sang gadis.

*

Arav menikmati sarapan sendiri hari ini karena sang gadis bermata kelinci masih berbaring di atas kasur. Laki-laki tak langsung berangkat, dia kembali ke dalam kamar, memeriksa keadaan istrinya yang terlihat memucat tadi. Perempuan itu baru keluar dari kamar mandi saat suaminya masuk. Dia setengah berlari mendekat pada Arav.

"Arav, belikan aku ice cream nanti waktu kamu pulang. Bawa rasa vanila" cicitnya. Sang gadis menarik ujung kemeja suaminya. Arav Pasya menahan tawa.

"Kadang aku lupa, kau masih anak-anak" gumam sang suami.

Tangan laki-laki itu terulur mengelus rambut istrinya. Sebelum tertegun sedetik kemudian. Mulut laki-laki 30 tahun itu hampir membuka untuk mengatakan maaf, tapi sang gadis justru semakin mendekat.

"Lakukan lagi, Arav" pinta perempuan itu.

Arav tercengang. Dia tak bergerak dan membeku di tempat. Riya Humeera mendongak karena permintaannya belum dituruti. Sang gadis merajuk.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang