Chapter|14

4.2K 545 23
                                    

"Kenapa kau berbohong padaku?" gertak laki-laki itu.

Riya Humeera mendongak dan menatap lekat, tak paham dengan gertakan suaminya. Sesungguhnya, kebohongan macam apa yang menyebabkan kemarahan sulung keluarga Pasya itu.

"Aku, berbohong padamu?" sang gadis balik bertanya.

"Kau bilang hanya eyang dan orang tuamu yang memangilmu dengan nama Humeera. Kenapa laki-laki itu juga memangilmu begitu? Dia bukan orang tua atau eyangmu" balas laki-laki itu gusar.

Riya Humeera melongo.

Dia ingin membenturkan kepala suaminya ke permukaan pintu di belakangnya saat ini juga. Sulung keluarga Pasya nampaknya tak bisa menentukan prioritas.

Apa nama panggilannya merupakan masalah besar saat ini, seharusnya Arav kesal karena kegenitan suami cinta pertamanya dan segera berpikir untuk mencuri perempuan itu dari laki-laki busuk itu. Sang gadis mengulurkan tangan dan menarik kedua telinga suaminya. Dia mendelik tajam dan membenturkan kepalanya pada kepala Arav, cukup keras tentunya demi melampiaskan kekesalan yang menumpuk sedari tadi.

"Apa itu masalahmu sekarang? Hah" gertak Riya Humeera tak paham.

Arav melepas kedua tangan sang istri dari telinganya dengan kasar.

"Aku paling benci orang yang berbohong. Dan aku tak suka dia memanggilmu begitu" balas laki-laki itu, sedikit membentak.

Riya Humeera meremas kasar tangannya sendiri. Sesungguhnya dimana letak kesalahannya? Mana bisa dia mendisplinkan mulut Yarif Ahsan. Kenapa dia harus disalahkan karena perbuatan laki-laki busuk itu saat ini.

"Kenapa kau menyalahkanku karena mulut Yarif yang tak bisa diatur, Arav? Aku juga tidak tahu kenapa dia memanggilku begitu padahal bukan aku yang menyuruhnya" keluh sang gadis frustasi.

"Dan kenapa kau mengundangnya makan malam segala? Aku tak suka setiap kata yang keluar dari mulutnya padamu dan aku tak suka caranya melihatmu" balas Arav cepat.

Riya Humeera menghela nafas kasar.

"Kau pikir aku mengundangnya karena ingin bertemu lagi dengan laki-laki itu. Apa kau bodoh? Aku ingin mengundang Farrah, untukmu" balas gadis itu mulai ikut kesal.

Arav Pasya terpaku selama beberapa saat. Dia didera berbagai macam emosi asing.

Seharusnya sekarang dia senang karena niat dari Riya Humeera untuknya, membawa sang cinta pertama bertamu ke kediaman mereka. Seharusnya juga dia menyetujui itu, bukankah bertemu sekali lagi dengan Farrah Bachtiar adalah impian selama ini.

Apalagi menghabiskan makan malam bersama dengan perempuan itu. Mungkin iya kalau tak ada Yarif Ahsan yang melihat gadis mata kelincinya penuh pendambaan dan kekaguman. Tak berlebihan kalau Arav harus mengakui kalau dia ingin merobek mulut laki-laki itu setiap kali dia memanggil istrinya dengan nama panggilan yang secara ekslusif dimiliki orang-orang terdekat sang gadis, termasuk dirinya. Pun dengan segala pujian laki-laki itu pada gadis mata kelincinya.

"Kenapa kau harus melakukannya?" tanya Arav kemudian.

Riya Humeera berdecak pelan.
"Siapa tahu aku bisa mencurinya dari Yarif, untukmu? Kenapa kau tak mengerti juga? Aku sudah cukup kesal karena kau sama sekali tak peka sejak tadi" keluh gadis itu lirih.

"Fuck it" desis Arav spontan.

Laki-laki itu menatap sang gadis mata kelinci dengan tajam. Arav tak mengerti dengan emosinya saat ini. Dia tahu jika sang gadis mengatakan sesuatu, seolah semuanya meyakinkan dan akan benar-benar terjadi. Sang gadis selalu terasa dependable baginya. Dan, seharusnya dia senang akan itu. Saat dia mengatakan ingin mencuri Farrah Bachtiar dari Yarif Ahsan, seolah semuanya pun akan terwujud. Arav menjauh, pergi menuju kamar mandi dengan membanting kasar pintu.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang