Chapter|06

4.6K 568 21
                                    

Iring-iringan mobil berhenti di halaman depan. Malam ini, seluruh anggota keluarga suami dari Riya Humeera akan menyantap makan malam di kediaman sang sulung. 

Kediaman Arav Pasya adalah rumah bergaya Amerika klasik dua lantai dengan banyak jendela, beratap pelana dengan dominasi batu bata yang dicat warna putih sehingga sedikit terkesan modern. Rumah itu memiliki halaman yang luas, digunakan menjadi tempat parkir beberapa mobil mewah milik sang sulung. Ada sebuah kolam renang cukup besar di halaman samping, yang juga dihias tanaman-tanaman merambat dan pohon-pohon. 

Gerbang kediaman Arav tidak begitu tinggi. Begitu pun dengan beberapa rumah tetangga di kawasan tersebut sehingga memberi kesan ramah dan dekat, meskipun jarak dari satu hunian ke hunian yang lain relatif cukup jauh. 

Interior kediaman sang sulung tidak terlalu menonjolkan kesan vintage jika mengingat gaya model bangunan, tetapi pengaplikasian desain yang lebih modern. Furnitur didominasi warna abu-abu, beige dan putih, yang terkesan simpel juga hangat. 

Riya Humeera menyambut kedatangan mereka dengan senyum merekah. Ini pertemuan pertama mereka setelah pernikahan pesta berlangsung.

"Nona Riya Humeera, apa putraku memperlakukanmu dengan baik?" tanya Saif begitu duduk di ruang makan.

"Panggil saya dengan nama saja, baba. Sampai kapan Riya akan diperlakukan seperti orang asing?" kilah sang gadis cepat.

"Baba.." gumam otoriter keluarga Pasya itu terperangah.

Laki-laki itu mengangguk setuju dengan permintaan menantu barunya itu. Dia tersenyum bahagia. Percakapan mereka terinterupsi oleh hidangan yang dibawakan para pembantu rumah.

"Baba, mama.. saya meminta pekerja kami untuk memasak hidangan laut malam ini. Untuk membantu bisnis lokal pelaut kita yang sedang kesulitan akhir-akhir ini. Saya harap masakah kami sesuai selera keluarga" ujar sang gadis saat hidangan disajikan.

"Nak, orang tua ini perlu belajar banyak darimu, kau sangat peduli pada keadaan negeri ini dan orang-orangnya" ujar Saif Pasya kagum.

"Baba terlalu memuji" sanggah sang gadis.

Cucu bungsu house of Kamal itu memang telah mencuri hati sang otoriter sejak pertemuan pertama, atau lebih tepatnya bahkan sebelum mereka bertemu. Laki-laki itu memperlakukan sang menantu berharga dan berbeda dengan tiga lainnya.

Sayangnya hal itu memicu kebencian dan kedengkian dari Kanaya, Serena, dan Aneisha. Pun ketidak sukaan nyonya besar keluarga Pasya pada sang gadis. Kebencian dan kedengkian sembunyi-sembunyi. Mereka tak berani bersikap kurang ajar pada cucu bungsu house of Kamal itu. Di hadapan sang gadis, mereka selalu berusaha melontarkan pujian tak tulus. Di belakang, mereka kerap menggunjingkan Riya Humeera.

Sang gadis baru saja hendak menuju lantai dua kediaman suaminya, saat mendengar percakapan para ipar di kamar mandi.

"Apa pentingnya perempuan memikirkan nasib orang lain, kalau bahkan tak bisa mencuri hati suami sendiri?" ujar Kanaya kesal.

Mereka cekikikan di dalam sana.

Riya tersenyum simpul dan menyandar pada dinding demi mendengar lebih jelas percakapan tentang dirinya. Sang gadis merasa geli dengan sikap para iparnya itu.

"Dia bahkan tak mampu bersaing dengan ibu dua anak" timpal Serena.

Mereka kembali cekikikan.

Riya Humeera menggigit kuku karena gemas. Tak sedikitpun gadis itu tersinggung dengan percakapan mereka. Bagi sang gadis, mereka justru tampak lucu saja.

Namun tidak dengan seorang lagi yang juga tak sengaja mendengar percakapan mereka. Ekspresi wajah Arav mengeras, marah dan takut menjadi satu.

Satu yang paling aku benci dari dia adalah sikap soknya itu" timpal Kanaya lagi.

House of KamalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang