prolog

604 29 5
                                    

Hai guys selamat datang di karya ke-2 aku

Tau cara menghargai author kan? Jangan lupa follow dulu sebelum membaca, vote dan komennya jangan lupa.

Makasii

..HAPPY READING..

***

Aku terlalu berobsesi untuk akhir yang bahagia tanpa memandang semesta yang tidak mengizinkanku untuk melakukannya
-Arvelyn Violet Levansha Putri Dewangga.

Tolong tanyakan tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?
-Carlitta Ocha Gabriella

Tak pernah terlintas dalam hidupku, bagaimana jika ia pergi, dan sehancur apa hidupku nanti.
-Arvelyn Violet Levansha Putri Dewangga

Terlalu berusaha menjadi yang sempurna, sampai lupa bahwa tak ada manusia yang sempurna.
-Arvelyn Violet Levansha Putri Dewangga.

Dia adalah obat, sekaligus luka
-Arvelyn Violet Levansha Putri Dewangga

'Untuk apa lama-lama singgah jika tak berani bersungguh-sungguh?'

'Cinta bukanlah menemukan orang yang sempurna. Tetapi melihat orang yang tidak sempurna dengan sempurna.'

***

Gadis bermata coklat saat ini sedang duduk lemas di kasur kamarnya. Dirinya mengambil cutter yang berada di nakas nya. Langsung saja dirinya menggoreskan cutter tersebut ke tangan mulus miliknya, perlahan darah keluar, dia ialah Arvelyn Violet Levansha Putri Dewangga. Entah mengapa, dirinya sangat puas saat melakukan hal tersebut.

"Tangan gue cantik juga hehe" gumamnya melihat darah yang bercucuran

"Tapi ini kurang," lanjutannya, saat ingin menggores tangannya kembali, tiba-tiba seorang lelaki masuk begitu saja ke kamarnya

Ah sial! Dia lupa mengunci pintu kamar.

"Vi lo kenapa sih hm? Ada masalah lagi? Cerita ke gue jangan gini Vi, maaf gue telat" ucap laki-laki tersebut yang sudah duduk di samping Violet

"Bang Al ngapain sih? Ganggu tau ga!"

"Gue ngecek keadaan lo, lo kenapa sih hm?" Tanya laki-laki tersebut yang tidak lain ialah Alvin Steven Geraldine anak dari Tantenya-Maudy dengan om Edward.

"Bang Al gausah cek gue segala bang, gue udah besar, minggir bang pergi sana" usir Violet

"Nggak Abang bersihin tangan kamu dulu baru keluar!" Balas Alvin yang langsung membersihkan luka yang sengaja dibuat oleh Violet dengan telaten

"Sebenarnya lo ada masalah apa?"

"Biasa bang"

"Papa lo?" Tanya bang Al yang hanya diangguki Violet

"Papa lo apain lo lagi?"

"Ya biasa bang, tapi yang paling gue ga suka dibandingin sama si Selly bang, gue kangen mama gue"

"Di bandingin lagi sama Selly?"

"Iya bang, sebenernya gue sedih deh bang, semenjak ada Selly kenapa papa gue selalu bandingin gue sama dia? Sekarang entah kenapa semua berpihak ke dia. Apa gue emang ga pantas di keluarga ini bang?"

"Lo ngomong apa hm? Ada gue Vi, gue sayang sama lo. Iya gue juga tau semenjak ada Selly hidup lo berubah, gue sayang kok sama lo sama Selly juga, tapi lo harus tau gue lebih sayang sama lo dibandingkan Selly" jawab Alvin yang langsung mengacak-acak rambut Violet

"Ih bang kebiasaan!, Tapi bang gue harap lo ga berubah kayak mereka semua ya bang, sekarang yang paling gue percaya cuma lo bang, gue ga tau nanti kalo lo berubah gue bakal gimana"

"Iya cantiknya gue, lain kali jangan diulangi lagi ya! Cukup kemarin-kemarin sama hari ini aja! Besok-besok kalo ada masalah lo cerita ke gue, gue bakal ada buat lo, gue ga suka lihat lu kayak gini. Gue udah anggap lo kayak Edzard sama Ervin"

"Iya bang iya, udah sana bang pergi gue ngantuk"

"Yaudah night cantik" balas Alvin yang langsung keluar dari kamar Violet

"Gue harap ucapan lo beneran bang, Gue harap lo ga kayak si Kevin bang" gumam Violet

Saat ini rasa kantuk Violet telah hilang, dirinya hanya merebahkan diri di kasur dan mengingat kejadian hari ini

"Kenapa nilai kamu cuma 85 ha?" Tanya papa, Violet sedang di ruangan kerja pribadi milik papa

"M-maaf pa, t-tapi itu udah bagus pa"

"Bagus dari mana?!, Coba lihat si Selly 90! Kenapa kamu ga bisa sepintar dia?!" Bentak papa di depan wajah Violet

"I-iya maaf pa, Vio belum bisa jadi yang terbaik, tersempurna!" Balas Violet memberanikan diri

"Ck, terserah kamu, papa ga mau tau besok kalau ada ulangan matematika lagi nilai kamu harus diatas 95!"

"I-iya pa"

"Pergi dari ruangan papa sekarang, dan bawa kertas ulangan matematika yang nilainya ga papa suka ini!" Hardik papa melempar kertas ulangan tersebut

Violet langsung saja keluar dari ruangan papanya, untung saja papanya tidak menampar dirinya seperti dulu disaat ia mendapat nilai ulangan kimia yang hanya 83.

Di depan pintu ruangan papa, ternyata ada Selly yang menguping pembicaraan Violet dengan papanya

"Ngapain lo?" Tanya Violet

"Lo habis dimarahin ya sama papa lo?"

"Apa urusannya sama lo?"

"Kasian ya lo dibandingin sama gue hehe, emang sih gue ini udah cantik trus pinter lagi, ga bisa diragukan ya Vi"

"Terserah" balas Violet yang malas meladeni Selly dan langsung ke kamarnya

Memikirkan hal tersebut membuat Violet kesal, andai saja dirumah ini masih ada opa dan Oma nya yang saat ini sedang berada di Belanda, dan tentunya dengan mamanya yang sudah meninggalkan dirinya saat dirinya masih kelas 9.

***
TBC..

VIOLET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang