--
-
---
"Ya bisa lah, gue mohon. Lo jangan cerita ke orang-orang tentang ini" mohon Violet
"Tapi Vi..."
"Bang, gue mohon.."
"Gue kasih tau mama gimana?"
"Nggak bang, jangan.." lirih Violet memegang lengan Alvin
"Yaudah oke. Gue nggak bilang ke siapa-siapa. Tapi, lo kenapa nggak jujur ke gue dari awal?"
"Gue nggak mau lo sedih" Violet menunduk
"Lain kali, jangan gitu, gue nggak suka"
"Iya, mungkin" gumam Violet
"Tapi, gue lihat, Lo selama ini nggak kenapa-kenapa. Ini? Ini kok bisa lo makin parah?" Tanya Alvin menunjuk-nunjuk kertas yang ia bawa
"Sebenernya gue nggak sekuat itu bang. Gue kadang setiap malam sesak napas. Gue kadang di sekolah pusing. Gue nggak mood makan tiba-tiba dan itu gue nggak tau kenapa. Ternyata, penyakit gue makin parah, gue paham, gue paham ini kode tuhan buat gue, dia mau gue segera pulang ke pangkuan-Nya"
"Vi, jangan bilang gini, gue mohon" Alvin mendekap Violet
"Nggak bang, gue nggak kuat. Gue mohon, lo jangan pergi, jangan berubah kayak mereka. Gue mohon, temani akhir-akhir gue ini, gue mau bahagia lagi, sekali aja.."
"Lo berhak bahagia Vi, jangan bilang gitu. Lo berhak bahagia, gue nggak akan nikah dulu, demi lo"
"Thanks bang, tapi, lo ga perlu terlalu gini karena gue. Gue nggak mau, gue jadi penghalang cinta lo, kalau lo suka sama seseorang, lo harus datangi ortunya, izin nikahin dia. Gue dukung keputusan lo, apapun itu"
Alvin mengganguk pelan "iya, tapi gue sekarang mau fokus ke lo dulu. Gue belum ada niatan buat ni-"
Tok... Tok... Tok...
Alvin dan Violet menoleh bersamaan menatap pintu menuju balkon kamar Violet
"Siapa?" Tanya Alvin menatap Violet
"Arkan, gue bukain dulu"
"Ngapain?"
"Ya ketemu dia lah, yakali ketemu lo terus, bosen gue" canda Violet
"Pedes banget kata-kata lo"
"Canda bang. Ga mungkin gue bosen sama lo, yaudah ah gue bukain dulu" Violet beranjak menuju balkon kamarnya, membuka pintunya perlahan
"Aaaa....., Martabak manis!" Pekik Violet menatap kantong plastik yang berada di tangan Arkan
"Sapa gue dulu. Jangan martabaknya, gue cemburu" cetus Arkan menyembunyikan plastik berisi martabak dibelakang tubuhnya
Violet terkekeh kecil "sorry-sorry. Gue mau martabak soalnya. Yaudah ayo masuk, gue mau martabak nih.."
"Lo ga kangen atau apa gitu ke gue?"
"Nggak, setiap hari ketemu juga" balas Violet mengambil alih kantong plastik martabak
"Sini Ar. Ada bang Alvin, nih bang, dapat rezeki nih, lumayan, dari si Arkan. Martabak gratis" Violet berjalan menghampiri Alvin yang terduduk di karpet bulu Violet.
"Tumben disini lo" sapa Arkan untuk Alvin
"Yoi, mau gue tikung pacar lo" cetus Alvin diakhiri kekehan pelan
Arkan menatap tajam Alvin "awas aja lo aneh-aneh"
"Canda dek, lo beliin martabak manis buat gue? Romantis banget" Alvin mencomot salah satu martabak manis
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET [END]
Teen Fiction[Belum Revisi] "Gue cinta sama lo" "Gue nggak" [BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Keluarga Dewangga, salah satu dari banyaknya keluarga ternama di kota. Beberapa orang mendambakan jika hidup dalam keluarga Dewangga, keluarga yang terlihat harmonis...