9 | Kindynos

548 242 190
                                    

🌟nya jangan lupa yaa

Follow ig @are_.el
                 @kiraya.qoratuadilla
                 @rafka.galensi

galensi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


9. Kindynos

Dari kejauhan, Fidya menatap Raya dan Rafka dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

Melihat Raya yang semakin tumbuh dewasa, semakin tercermin pula sosok Diana-Ibu kandung Raya-dalam dirinya.

Malam itu, sekitar pukul sebelas lewat empat puluh menit, angin bertiup kencang. Suara riuh pepohonan yang terhembus angin pun ikut mengisi sunyi malam yang gemerlap.

Rafka, bocah kecil berusia lima bulan itu tiba-tiba terbangun dari tidur pulasnya, ia menangis kencang saat itu. Seolah mengerti dengan perasaan Mamanya yang merindukan Papanya yang sudah seminggu ini tidak pulang. Ia juga merindukan Pria itu, namun, dia tak kunjung pulang.

Fidya-sang Mama juga ikut terbangun mendengar tangisan putra kecilnya. Fidya membawa tubuh mungil Rafka ke dalam dekapannya, berharap itu bisa membuat bocah itu tenang.

Matanya terlihat sangat penat. Belakangan ini, Fidya selalu susah terlelap karena memikirkan kemana perginya Radit-suaminya. Rafka masih saja menangis di dalam dekapan hangat Mamanya. Sejurus kemudian, Fidya menyadari perubahan suhu tubuh putranya. Ia panik saat itu. Secepatnya Fidya meraih ponselnya, lalu mencari nama Radit di sana. Belum sempat Fidya menekan tombol call, suara ketukan pintu terdengar di telinganya. Ia berharap itu adalah Radit.

Dengan cepat Fidya melangkah keluar untuk membukakan pintu dengan Rafka berada di gendongannya. Rafka masih terus menangis, air matanya berderai menandakan kerinduan. Beruntungnya yang diharapkan Fidya benar. Orang yang mengetuk pintu adalah Radit. Fidya bersyukur melihat Radit di hadapannya sekarang. Namun, matanya menangkap sosok seorang bayi dalam gendongan Radit, bayi kecil cantik yang tengah memejamkan mata dengan amat damai.

"Kemana saja kamu?!" Tanya Fidya emosi dengan pelupuk mata yang mulai digenangi air mata.

"Aku-" baru saja Radit hendak menjawab, Fidya segera memotongnya.

"Dan siapa dia?" Tunjuk Fidya pada bayi yang berada di gendongan Radit.

"Ini anakku..," Radit menggantungkan ucapannya.

Fidya tampak tak mengerti, anak? Cairan bening menetes tanpa pamit dari pelupuk matanya.

"Dan anak Diana," ucap Radit melanjutkan kalimatnya.

GUGUR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang