5 | Tentang Raya dan Rafka

689 343 279
                                    

🌟nya jangan lupa yaa!

Follow ig @are_.el
                 @kiraya.qoratuadilla
                 @rafka.galensi

5. Tentang Raya dan Rafka

Jam pelajaran terakhir kelas XII IPA 4 adalah pelajaran agama Islam, semua siswa-siswi kelas ini pun beragam Islam.

Mata pelajaran agama Islam sangat digemari oleh siswa-siswi kelas ini, karena gurunya yang asik dan tidak sering memberikan tugas.

Namanya Pak Asep. Guru paruh baya yang memakai kacamata itu bisa saja membangkitkan mood siswa-siswinya dengan lawakan ringan yang dilontarkannya.

Pak Asep telah selesai menjelaskan materi pembelajarannya tentang ibadan qurban di hari raya Idul Adha.

"Sebelum bel pulang, ada yang kurang jelas? Ada yang ingin ditanyakan tentang materi hari ini?" Tanya Pak Asep.

"Pak, saya mau tanya," ucap Arlano mengangkat tangan kanannya.

"Iya, monggo," suruh Pak Asep mempersilahkan dengan logat Jawa-nya.

"Kalau qurban itu harus sapi, kambing, domba sama onta ya 'kan, Pak," ucap Arlano.

"Iya, betul," balas Pak Asep membenarkan.

"Kalau kita nggak mampu, tapi kita tetep pengen qurban, bisa digantiin sama masako aja nggak, Pak?" Tanya Arlano terlihat sangat serius dengan pertanyaannya.

Siswa-siswi di kelas yang tadinya menyimak penuturan Arlano mendadak bingung dan bertanya-tanya dengan pertanyaan tidak masuk akal yang Arlano tanyakan.

"Maksud kamu gimana?" Tanya Pak Asep yang juga bingung dengan pertanyaan Arlano.

Arlano menarik nafas, ingin menjelaskan. "Masako yang rasa sapi, Pak. 'Kan sama-sama rasa sapi," balasnya polos.

Sontak saja jawaban nyeleneh dari Arlano membuat semua meledakkan tawanya. Entah terlalu polos atau bego, tapi sepertinya sinting.

"Bego, lo! Lo aja korbanin diri lo sendiri," gerutu Zizan sebal dengan jawaban Arlano.

"Arlano, hewan qurban itu sebagai kendaraan kita di akhirat nanti. Kalau kamu qurban masako, gimana caranya? Wes mumet," jelas Pak Asep memijat pangkal hidungnya yang terasa pusing.

"Yoweslah, Pak. Iya, saya ngerti. Saya besok qurban jagoan neon saja," sahut Arlano.

"Jancok, wong stres!" Dengus Zeco sambil memasukkan beberapa bukunya ke dalam tas karena sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.

Arlano terkikik geli. Jiwa jametnya wajib diapresiasi. Ia tidak dapat membayangkan, bagaimana jadinya kelas ini tanpa dirinya?

"Pak," panggil Arlano lagi.

GUGUR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang