15 | Abang

460 151 71
                                        

🌟 nya jangan lupa yaa

Follow ig @are_.el
                 @kiraya.qoratuadilla
                 @rafka.galensi

15. Abang

Raya bergumam pelan kala petir bergemuruh. Beberapa siswa yang mengikuti pelatihan untuk olimpiade sudah pulang semua dan sekolah juga sudah kosong. Kini, hanya dirinya saja yang berada di depan gerbang sekolah.

Langit sore yang mendung itu terlihat tidak sabar ingin menurunkan hujan yang lebat. Dengan segera, Raya berjalan menuju tempat biasanya ia menunggu angkutan umum. Jika biasanya ia bersama Grey dan Abim, sekarang ia harus menunggu angkutan umum yang mengarah ke kompleks perumahannya sendirian.

Beginilah resiko jika pulang terlambat. Akan susah mencari kendaraan yang mengarah ke kompleks perumahannya. Tadinya, Raya tidak mengkhawatirkan itu karna ada Rafka yang juga mengikuti pelatihan, tapi di tengah-tengah pelatihan tadi, tiba-tiba Rafka meminta izin untuk pergi sebentar, namun ia tak kembali sampai sekarang.

Raya menarik napas panjang. "Udah makin gelap," ucapnya sembari melihat ke atas.

Sebenarnya Raya memiliki trauma pulang sendirian seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi, ia memang sendirian sekarang.

Jalanan sudah mulai sepi karna sebentar lagi akan turun hujan. Angin bertiup. Dingin menyapa lembut kulit wajah Raya. Dan dalam hitungan detik, hujan turun membasahi bumi. Raya melangkah dengan cepat untuk berteduh di halte tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Yah, udah turun," gumamnya. "Gimana pulangnya? Jalanan makin sepi," lanjutnya berceloteh.

Samar-samar dan hampir tak terdengar karna derasnya guyuran hujan, Raya mendengar suara motor yang semakin mendekat. Namun, Raya mengabaikan suara motor itu.

Ketakutannya mulai muncul kembali. Ia takut kejadian 3 tahun lalu kembali terjadi pada dirinya. Dengan jantung yang berdegup kencang, Raya mencoba berpositif thinking.

Satu sentuhan pada bahu Raya, berhasil membuatnya sangat terkejut. Spontan ia membalikkan badannya.

Raya memukul lengan orang itu dengan kesal. Dadanya turun naik menahan amarah. Ia benar-benar dibuat takut hingga hampir jantungan. "Aku benci sama kamu, Raf," ucap Raya.

Sedangkan yang dipukuli hanya menunjukkan cengiran sembari merintih kesakitan yang berpusat pada lengannya yang dipukuli. "Sakit, Ray. Maaf, maaf," balasnya.

"Lagian ngapain, sih, belum pulang?" tanyanya penasaran. Ia melihat hanya ada Raya seorang diri di sana.

"Mau pulang gimana? Kamu aja tinggalin aku," cetus Raya dengan wajah yang tertekuk lesu.

"Iya, iya gue salah," akunya merasa bersalah.

"Yaudah,  ayo pulang," ucap Raya.

"Buka mata lo. Lagi hujan, ga liat?" tanya Rafka menaikkan alisnya.

GUGUR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang