12 | Akankah lebih buruk?

493 183 114
                                    

🌟 nya jangan lupa yaa

Follow ig @are_.el
                 @kiraya.qoratuadilla
                 @rafka.galensi

12. Akankah lebih buruk?

Jam menunjukkan pukul 4 sore. Raya menuruni anak tangga dengan ragu sembari meremas erat tali sling bag-nya. Wajahnya terlihat pucat dan seperti tengah ketakutan.

Fidya sudah melarang Rafka untuk menemani Raya cek ke rumah sakit. Namun, Rafka tak mendengarkan perkataan Mamanya itu, ia tetap ingin menemani Raya untuk cek ke rumah sakit.

"Raya!" panggil Fidya tidak santai saat melihat Raya menginjakkan kakinya di lantai bawah.

Raya menoleh kaget. "I-iya, Ma?"

"Kamu nggak mikir, dengan kamu cek ke dokter, itu sama saja buang-buang uang," ujar Fidya.

Raya hanya menunduk takut. Mamanya ini tak pernah sekalipun peduli padanya. Ia semakin kuat meremas tali sling bag-nya.

"Mending kamu masuk kamar dan belajar. Biar kamu jadi orang yang berguna dan nggak ngerepotin terus," lanjut Fidya, dan lagi-lagi ia tak memikirkan perasaan Raya yang bisa terluka dengan perkataannya.

"Ray, udah siap?" ucap Rafka yang baru saja masuk rumah sehabis memanaskan mesin motornya.

"Kamu ini sama kayak Papa kamu, Rafka. Keras kepala," sarkas Fidya. Ia tak habis pikir pada putranya yang tak pernah menuruti perkataannya.

"Papa aja udah izinin, Ma." Rafka berjalan menghampirinya Raya dan Fidya.

Fidya menarik nafas dalam-dalam. Putranya ini benar-benar tidak menuruti perkataannya.

Raya yang masih menunduk diam itu tersentak kaget saat Rafka menarik tangannya secara tiba-tiba menuju keluar rumah. Raya semakin merasa bersalah. Karena dirinya, Rafka jadi tidak mendengarkan ucapan Mamanya.

Rafka mengeluarkan motor sport hitamnya dari garasi lalu menyuruh Raya untuk naik. Rafka menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Ia sengaja menggunakan motor untuk kendaraan dirinya dan Raya menuju ke rumah sakit, sebab, sekarang jalanan ramai dengan anak-anak sekolah yang pulang ekstrakurikuler dan juga orang-orang yang pulang bekerja.

Kebetulan sore ini cuacanya sangat bagus. Matahari sore yang terang, namun, terasa hangat.

20 menit perjalanan, telah mereka nikmati di bawah cahaya matahari hangat dengan terpaan angin sepoi-sepoi yang membuat siapapun akan tenang merasakannya sembari membelah jalanan sore itu, dan sekarang, keduanya telah berada di koridor rumah sakit.

Rafka dan Raya sedang menunggu Radit yang mengatakan bahwa ia akan datang. Tak perlu waktu lama, Radit datang masih dengan pakaian kantornya, ia memperlihatkan senyum tipis pada kedua anaknya itu.

GUGUR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang