🌟 nya jangan lupa yaa
Follow ig @are_.el
@kiraya.qoratuadilla
@rafka.galensi
17. Kotak hitamPintu ruang biopsi Raya telah terbuka menandakan biopsi telah selesai dilakukan. Semua berjalan dengan lancar dan tanpa kendala.
Brankar rumah sakit dengan Raya berbaring di atasnya itu, didorong oleh beberapa petugas rumah sakit menuju kamar inap yang akan ditinggali Raya beberapa hari ke depan.
Dokter Wijaya mengatakan bahwa hasil biopsi paru Raya akan keluar selama 4-7 hari. Selama itu juga Raya hanya bisa pasrah akan takdirnya ini, Raya berharap hasil biopsi-nya bukan kanker ataupun tumor dan sejenisnya.
Radit, Fidya, dan Rafka mengikuti petugas rumah sakit yang mendorong brankar Raya hingga sampai di kamar inap Raya.
"Rafka, anterin Mama pulang," ucap Fidya tiba-tiba.
Radit yang mendengar itu hanya bisa menghela napas saja, sepertinya Fidya sama sekali tidak memiliki belas kasihan sedikitpun untuk Raya sebagai anak tirinya.
"Tunggu sampai Raya sadar, ya," pinta Radit dengan lembut pada istrinya.
Jujur saja, jika bukan karna dipaksa, Fidya tidak akan sudi untuk ikut ke rumah sakit. Fidya sama sekali tak menggubris ucapan Radit lalu keluar begitu saja dari ruang inap Raya. Mau tak mau Rafka pun mengikuti Mamanya itu.
Sampainya di parkiran rumah sakit, Rafka menghentikan Fidya untuk pulang. "Ma, nanti aja ya pulangnya," ujar Rafka.
"Kalau kamu nggak mau anter Mama, Mama bisa pulang sendiri," balas Fidya ketus.
"Rafka mau, tapi nanti," tegas Rafka.
Fidya memutar bola matanya malas, ia berjalan menuju jalan raya lalu menghentikan taksi di sana. Rafka hanya bisa melihatnya tanpa mengucapkan dan melakukan apapun. Hari yang ia jalani sudah cukup lelah, ia ingin mengistirahatkan tubuh dan otaknya yang terus bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUGUR [ON GOING]
Fiksi Remaja⚠️ DILARANG KERAS PLAGIAT!! *** Aku salah memilih tempat untuk bahagia. Bahagiaku bukan di sini, bukan di sana, dan bukan di mana-mana. Kiraya Qoratu Adilla, sang pemilik paru-paru tidak normal ini harus menjalani hidupnya yang sulit. Mulai dari hub...