Part 3: Arin, awas!

1.1K 73 2
                                    

Satu tahun kemudian.

Hari ini merupakan hari terakhir bagi siswa kelas akhir dalam ujian nasional. Arin sedikit cemas menghadapi ujian kali ini. Entah kenapa dia berharap Kak Arka datang ke sekolah. Sudah terbilang cukup lama ia tidak melihat sosok itu lagi. Tepatnya, setelah Kak Arka menyandang gelar alumni dari sekolah ini.

"Gue harap, Kak Arka bisa datang. Menurut gue cara ampuh untuk mengurangi rasa cemas ini cuma dia," gumam Arin menghembuskan napas pelan.

Arin berjalan sedikit santai memasuki gerbang.

"Zia ke mana ya? Perasaan dari tadi gue datang belum ada kelihatan tuh manusia," tanya Arin kepada dirinya.

Arin memperhatikan sekeliling mencari keberadaan sahabatnya. Benar, detik ini ia sangat membutuhkan Zia atau Ayra.

"Arin!" panggil Zia.

Mendengar panggilan tersebut Arin langsung menoleh ke arah sumber suara. Terlihat jelas sosok Zia yang melambaikan tangan memanggil namanya.

"Zia ..." balasnya dengan mata berbinar.

"Rin, sini!" Ajak Zia.

Tanpa berpikir panjang Arin langsung berjalan menghampiri gadis itu.

"Lo dari mana aja? Dari tadi gue cari nggak ketemu." tanya Arin mendengus kesal.

"Gue juga udah cari lo ke mana-mana, tapi nggak ketemu," sahut Zia santai.

"Eh Zi, gue cemas banget. Tumben gue megang buku dari tadi malam. Biasanya mah ogah gue baca buku," ucap Arin.

"Fiks kita sama. Gue juga deg-deg-an dari tadi, Rin," ujar Zia.

***

Bel masuk sudah berbunyi. Ini sebagai pertanda bahwa ujian akan segera dimulai. Arin dan Zia bergegas menuju ruangan mereka. Rasa cemas tergambar jelas dari wajah keduanya.

"Bismillahirrahmanirrahiim," gumam Arin membatin.

Arin terlihat begitu antusias mengerjakan satu per satu soal yang ada. Ia bersyukur karena ujian terakhir berjalan dengan lancar. Iya, meskipun ada beberapa soal yang tidak bisa dijawab olehnya. Namun, itu sudah lebih dari cukup. Setidaknya ia sudah berjuang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

"Assalamualaikum, Ziaaa." Arin menyapa sahabatnya dengan nada manja.

"Waalaikumsalam, Rin," sahut Zia tersenyum.

"Gimana soalnya, Rin? Lo bisa jawab semua?" tanya Zia penasaran.

"Susah banget. Namanya aja matematika. Nenek moyang lo juga udah tahu kalau matematika itu nggak mudah. Jadi, gitu. Beberapa ada yang nggak bisa gue jawab," ujar Arin mengedikkan kedua bahunya.

"Gue setuju. Parah sih soal yang keluar beda banget sama yang gue pelajari tadi malam. Gue sadar otak gue nggak segenius kakek gue, Albert Einstein," balas Zia terkekeh yang diiringi oleh Arin.

Zia juga mengeluhkan hal yang sama. Ternyata seorang Zia yang terkenal genius dalam mata pelajaran matematika juga memiliki keluhan dalam menjawab soal.

"Udah, yang penting ujiannya selesai. Akhirnya gue bisa bebas." Arin menepuk bahu Zia pelan.

"Yeay, akhirnya selesai juga. Bagi gue ujian nasional sama kayak ujian antara hidup dan mati. Gue harus berjuang keras untuk hasil yang terbaik. Sekarang, ujiannya akan berakhir dalam beberapa jam lagi," ucap Zia bersemangat.

"Iya, semangat! Fighting!"

Arin mengangguk mendengar ucapan sahabatnya. Mereka berdua meloncat kegirangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa semua orang yang berada di sekelilingnya juga merasakan hal yang sama.

"Zi, pulang yuk," ajak Arin.

"Iya, ayo. Eh, tapi sebelum pulang kita pergi makan dulu, ya. Gue laper banget, Rin. Pasokan energi gue udah habis," sahut Zia.

Arin mengangguk dan menarik tangan sahabatnya. Mereka berdua berjalan menuju gerbang, tapi karena gerbang hanya terbuka sedikit. Arin dan Zia terpaksa melepas gandengan tangan mereka dan berjalan secara bergantian.

"Udah habis, nih. Ayo giliran kita yang keluar," ajak Arin melihat keluar gerbang.

Saat akan keluar, sebuah motor perpaduan warna merah dan hitam hampir saja menabrak Arin.

"Arin, awas!" Zia berteriak menarik sahabatnya.

"Lo nggak papa, Rin?" tanya Zia memastikan sahabatnya aman.

"Aman. Gue nggak papa, Zi. Untung aja lo cepat nyelamatin gue. Tangan gue sih yang kesenggol dikit," ujar Arin.

Zia bernapas lega melihat Arin berhasil ia selamatkan. Jika ia terlambat, maka dapat dipastikan sahabatnya akan mengalami luka yang cukup parah.

"Maaf."

Suara barusan membuat Arin menoleh ke arah belakang. Ia ingin melihat siapa yang menabraknya. Alangkah kagetnya ketika melihat sosok Abdurrahman Arka Ramadhan yang berusaha meminta maaf.

'Gue mimpi atau gimana sih? Ini serius Kak Arka yang nabrak?' gumam Arin membatin.

Arin tersadar ketika Zia mengaitkan jari kelingkingnya.

"Maaf, ya. Kamu nggak papa 'kan? Kakak nggak sengaja." Kak Arka mengulang permintaan maaf untuk kedua kalinya.

Permintaan tersebut hanya dibalas anggukan oleh Arin.

"Iya udah nggak papa, Kak. Arin aman kok. Nggak ada yang luka," sahut Arin berusaha menetralkan suaranya.

"Terima kasih, ya. Kalau kamu nggak apa-apa. Kakak izin masuk dulu. Sekali lagi maaf," Izin Kak Arka menanggapi ucapan Arin.

"Iya, silakan, Kak."

Arin mengizinkan laki-laki itu pergi meninggalkannya. Ia terdiam tidak menduga bahwa harapannya terwujud. Setelah sekian lama ia kembali melihat wajah itu lagi. Jantungnya masih berdetak sangat kencang.

"Cie ... Cie ... Ada yang ditabrak nih," ujar Zia menggoda perempuan di sampingnya.

"Apaan, sih. Orang ditabrak malah di cie-cie 'in," sahut Arin terlihat salah tingkah.

"Iya, memang ditabrak sih, tapi kalau yang nabrak pangeran tampan gimana?" jawab Zia masih terus menggoda.

"Bilang aja kalau lo bahagia. Nggak usah ngeles. Gue juga tahu gimana rasanya," lanjut Zia.

Arin tersenyum kaku mendapat godaan dari Zia. Selama ini, Zia memang terkenal ahli untuk menggodanya. Apalagi kalau Zia dan Ayra sudah bersatu. Ia semakin tidak berkutik menghadapi tingkah kedua sahabatnya.

"Jangan senyum terus. Nanti lo bisa gila kalau gitu. Ayo ke kantin. Gue lapar banget. Masalah Kak Arka lanjut di sana aja." Zia terkekeh melihat sahabatnya terus-menerus tersenyum.

Arin bangkit dan lanjut berjalan menuju kantin. Baginya, ini merupakan hari terindah. Harapannya untuk bertemu Kak Arka di penghujung masa kelulusannya sudah terwujud.

To be Continue
Jangan lupa vote dan komen ya guys.
See You

Lynella (COMPLETED✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang