1

920 40 1
                                    

"Kakak... Bangun sayang udah siang," ucap seorang wanita paruh baya dengan nada tinggi tetapi lembut yang juga sembari membuka gorden kamar putrinya.

"Kamu terlambat loh kak, udah jam 7 ini," ucapnya lagi seraya menarik selimut yang menutupi seluruh badan putri pertamanya itu.

"MELATI OLIVIA!!" Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya berteriak, sehingga membuat Melati langsung duduk dengan mata terbuka lebar.

Dia terdiam saat sang papa sedang memarahi dirinya. "Kok malah nunduk?! Babah ada dihadapan kamu loh, sini liat ke depan," ucapnya dengan tegas.

Sedangkan mama nya sedang membujuk sang suami, agar tidak memarahi putri pertamanya itu. "Udahlah bah, jangan terlalu keras gini. Kesian tuh anaknya."

"Bukan keras ini mi, tapi belajar untuk disiplin. Kan manfaatnya bisa kebawa sampai besar nanti. Kita tuh harus satu visi, satu misi loh. Kalo babah lagi ngasih tau yang bener, jangan dilarang. Toh ini juga untuk kebaikan anak-anak kita," jawabnya lembut tapi masih terdengar tegas.

"Maafin Meli, bah" ucap Melati agar permasalahannya tidak merembet kepada sang mama.

Papa nya itu menatap sang putri seraya memberikan nasihat, sedangkan mama nya harap-harap cemas melihat situasi pagi ini. Entah kenapa semenjak mendekati hari ulang tahun putrinya ini, sikap sang mama sedikit berubah. Tidak lagi mengikuti peraturan suaminya dalam mendidik anak.

"Iya bah," jawab Melati yang langsung dipeluk papanya.

"Yaudah, sekarang kakak siap-siap dulu gih, nanti babah yang anterin," ucap papa nya yang diberi anggukkan dan senyuman kecil dari putrinya itu.

Setelah beberapa menit menunggu putrinya, akhirnya yang sedang ditunggu datang dengan buru-buru. "Ayo bah berangkat sekarang."

"Udah pamit sama mami?" tanyanya yang hanya diberi anggukkan serta senyuman manis.

"Kakak.. ini tas bekalnya ketinggalan. Jangan lupa nanti dimakan ya," ucap sang mama yang berlari dari dalam rumah.

"Eh iya mi lupa, hehe. Makasih ya," jawabnya seraya mencium pipi mamanya itu. "Kalo gitu, Meli pamit sekarang ya. Bye mami,"

"Bye sayang, hati-hati ya," jawab sang mama seraya melambaikan tangannya.

Setibanya di depan gerbang sekolah, Melati langsung pamit pada papanya dan buru-buru berlari ke depan gerbang, meskipun sudah tau gerbangnya tidak akan dibuka lagi.

"Maaf ya neng, ini udah terlambat 20 menit. Di peraturannya kan udah jelas, 'gerbang sekolah ditutup pukul 07.15 WIB. Kalo hari senin, gerbang ditutup pukul 07.00 WIB'. Makanya dipahami toh," ucap satpam itu.

Iya tau, gue yang salah. Tapi gue gak mau kena hukuman... batinnya dengan bibir yang ditekuk.

"Berapa lama pak harus nunggu disini?" tanyanya lagi.

"Pertama kali terlambat ya? Haha," ledek seseorang dari arah belakang.

Melati langsung menoleh ke arah suara itu. Dan saat mengetahui siapa pelakunya, emosi dia semakin tak terbendung kan.

"Aw... Sakit kampret!" teriak Anthony yang kakinya diinjak oleh Melati.

"Mampus lo! Makanya jangan macem-macem sama gue, sedang mode senggol bacok nih," ucapnya dengan nada sedikit keras.

"Ssttt... Udah, jangan berisik kalian. Mau menaikkan bendera tuh," lerai pak satpam.

Setelah upacara bendera selesai, siswa-siswi yang datang terlambat pun dipersilahkan masuk.

"Jongkok!" perintah Pak Taufik selaku Wakasek Kesiswaan. Beliau memang tipe guru killer.

Ha?! Jalan jongkok? Udah mah lagi datang bulan, disuruh jongkok lagi. Apa gak kayak air terjun nih?... batin Melati.

KEPINGAN MIMPI [revisi] // on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang