20

166 27 10
                                    

Setelah upacara bendera di Hari Senin selesai, Pak Taufik kembali menaiki mimbar dan mengumumkan sesuatu.

"Apaan lagi sih? Gak cukup apa amanat yang tadi," dumel Fadia yang mulai tidak nyaman, karena cuacanya semakin panas.

"Minggu depan, beberapa siswa dari sekolah kita akan mengikuti turnamen untuk memperebutkan kembali Piala Gubernur Jawa Barat. Diantaranya ada futsal, bulu tangkis, basket, voli, taekwondo, karate, dan pencak silat. Mari kita doakan bersama-sama, semoga siswa-siswi yang mewakili sekolah tercinta ini, diberikan kesehatan, kelancaran, kemudahan, dan semoga bisa membawa kabar baik," tuturnya.

"AMIN.." jawab dengan serentak seluruh siswa.

Mungkin tidak serentak. Karena, Melati sendiri malah melamun. Harusnya gue seneng, orang misterius itu gak akan kirim-kirim lagi makanan. Tapi kok malah penasaran ya, siapa sih dia? Apa gue juga berhenti aja ya? Biar dia bisa lanjutin hidup barunya dengan tenang...

"WOI!!" teriak Fadia tepat di telinga kiri Melati, "berisik kan? Lo sih, ngelamun mulu. Balik kelas." Melati pun menurutinya seraya mengusap-usap telinga yang berdengung.

Karena Melati mengikuti langkah Fadia yang berada di depannya, mau tidak mau mereka melewati lorong kelas 12 IPS.

"Kenapa harus lewat sini sih?" tanya Melati.

"Kan ini jalan yang paling deket sama kelas kita. Gue gak mau muter ya, lutut gue mau copot nih. Bisa-bisanya yang jadi pembina upacara, ngasih amanatnya sampe satu jam."

Gloria pun menimpali ucapan Fadia, "iya anjir, baru kali ini. Sampe-sampe yang jadi pemimpin aja pingsan ditempat. Untung lo gak pingsan lagi Mel."

Melati pun tertawa, "kan masalah hidup gue, udah dibagi-bagi ke kalian."

"KAN LO EMANG BANGSAT."

"Gak usah marah kali, hahaha. Yang nyuruh gue harus cerita, siapa?" ucap Melati yang membuat kedua sahabatnya tidak berkutik.

"Cie.. mau tanding cie," ucap seseorang yang membuat Melati menoleh ke asal suara tersebut.

Melati pun tersenyum, "si paling tanding, cie."

"Sombong ih sekarang mah, chat juga gak pernah dibales lagi."

"Bukan sombong, Yer. Lagi sibuk aja, biar pialanya betah di sekolah," jawab Melati.

"Semangat Mel," ucap Yere seraya tersenyum.

"Makasih. U too," jawab Melati dengan senyuman yang khas.

"Ke dia doang? Teamnya gak disemangatin nih?" timpal seseorang yang ada dibelakang Yere.

"Haha, semangat team. Gue duluan ya, udah pegel nih kaki. See you in Opening Ceremony," jawab Melati seraya meninggalkan Yere dan mungkin teman-temannya Yere.

Fadia terus mendumel, tetapi tidak ditanggapi oleh Melati.

"Wait wait," ucapnya seraya menghadang di depan pintu kelas, "kenapa, barusan harus ketawa kayak gitu? We should return to the plan, okay?"

Melati menarik nafasnya seraya menoleh ke arah Gloria yang mengangkat bahunya, seolah menyetujui ucapan Fadia.

Akhirnya, Melati menganggukkan kepalanya.

---

"Si Jona kemana? Gak biasanya dia terlambat," ucap Fajar pada Anthony.

"Teuing (gak tau)," jawab Anthony dengan singkat, karena dia sedang sibuk dengan ponsel miliknya.

Fajar pun mengintip, apa yang sedang dilakukan temannya itu, "Keur naon sih maneh? (Lagi ngapain sih lo?)"

"Ih maneh kepo deh. Awas-awas (Ih lo kepo deh, awas-awas)," jawabnya seraya berdiri hendak meninggalkan Fajar.

KEPINGAN MIMPI [revisi] // on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang