8

163 22 3
                                    

Hari Senin pun tiba, Melati pergi ke sekolah dengan rasa malas. Bukan karena ini awal sekolah, tapi dia malas membawa tas raket jika bukan di hari eskulnya.

"Lah, kok bawa raket? Kan eskulnya hari Rabu Mel," ucap Vito ketika melihat temannya membawa tas raket dengan wajah ditekuk.

"Siapa yang mau latihan coba, orang mau benerin raket," jawabnya dengan ketus.

"OWALAH, HAHAHA. YANG BENGKOK GARA-GARA ADEK LO ITU?" ucap Vito seraya tertawa ngakak.

"Tau dari mana lo?" tanyanya seraya melotot.

"Siapa lagi kalo bukan bestie-bestie lo," jawabnya seraya melengos pergi. Melati hanya bisa berdecak kesal, dia tidak mau moodnya tambah jelek.

Setelah upacara selesai, dia mendapat kabar bahwasannya guru mata pelajaran pertama di kelas 12 IPA-2 sedang sakit, otomatis ada jam kosong.

"Mau kemana? Gak biasanya pergi sendirian," ucap Fadia ketika bertemu Melati di pintu kelas.

"Ke perpus, mau ikut?" jawabnya.

Fadia pun menolak. Karena bagi dia, membaca itu tidak melulu harus lewat buku.

Sesampainya di perpustakaan, Melati mencari spot duduk yang nyaman dan juga tidak terlalu ramai dikunjungi orang. Maklum, selama bersekolah disini, Melati hampir tidak pernah mengunjungi perpustakaan.

Nah, ini dia... batinnya saat menemukan spot duduk yang cocok.

Melati pun mulai membuka laptopnya dan searching mengenai mimpi yang bersangkutan. Tidak lupa dia mencari buku cocoklogi di perpustakaan.

Tiba-tiba Melati dipanggil oleh seseorang yang membuatnya terkejut, "astaga.."

"Eh sorry sorry, gue bikin kaget ya," ucapnya yang tentu tidak dijawab oleh Melati.

"Sebenarnya, ini tuh tempat favorit gue," tambahnya lagi.

"Oh, sorry," ucap Melati yang malas berbasa-basi dan segera menutup laptopnya.

"Eh mau kemana?" tanya orang itu.

"Ini kan tempat favorit lo, ya jadi gue harus pindah dong," jawabnya yang kemudian pergelangannya dipegang oleh orang yang ada dihadapannya.

"Gak usah, lo duduk aja disini," ucapnya seraya memegang pundak Melati, seolah menyuruhnya duduk kembali, "tunggu, gue cari kursi lagi."

Mau tidak mau, Melati pun menurutinya dengan membuang nafas yang kasar.

"Btw, lo lagi kerjain apaan? Kok ada buku cocoklogi gitu?" tanyanya yang membuat Melati gugup.

"Hah? Euh.. bukan apa-apa kok," jawabnya seraya mengambil buku itu untuk dipindahkan posisinya.

"Lo sendiri, ngapain disini? Gak masuk kelas?" tanya Melati untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kalo mau ngobrol, jangan disini. Pacaran kok di perpus," potong ibu penjaga perpustakaan.

Melati dan Yere saling tatap.
"Ikut gue yuk," bisik Yere.

Bak dihipnotis, Melati pun menurutinya dengan membereskan barang bawaannya. Tidak lupa dia menyimpan kembali buku yang hendak dibaca.

Setibanya di tempat yang mereka tuju, yakni payung teduh samping perpustakaan, Yere dan Melati duduk berdampingan.

"Cara masuk circle lo gimana sih?" tanya Yere tiba-tiba.

"Circle gue?" Melati malah menanyakan balik.

"Ya iya. Syarat biar bisa temenan sama lo gitu, terus biar lo gak ketus sama gue," jawabnya, "apa.. gue harus pindah eskul?"

KEPINGAN MIMPI [revisi] // on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang