Part.5 || Rahasia Papa dan Nala

2.9K 404 47
                                    

"Sehariii aja jangan buat gue khawatir, bisa gak sih?!"

***

Mama itu semestanya Nala. Mama itu— tambatan hati Nala. Entah perlakuan buruk apa yang akan Mama berikan padanya, namun rasa sayang Nala bahkan tak pernah hilang untuk Mama.

Iya, mamanya langit. Dan bundanya Nala.

"Mama mau kemana?" Langit berujar, baru saja mereka tiba di rumah sakit, Mama sudah mengajaknya untuk kembali pulang.

"Kita pulang, Langit. Dia udah ada yang nanganin."

Rahang lelaki itu mengeras, merasa tak habis pikir dengan jalan pikir orang tuanya itu. Bagaimana mungkin-

"Tapi, Ma-"

"Papa udah telepon Bi Asih." atensi remaja itu terbagi pada Davian disamping Yumna. "Papa- juga?" Langit bertanya tak percaya.

Dan nyatanya, Nala bahkan tak sedekat itu dengan Papa. Tetap saja, Nala dimata Papa itu orang lain. Papa hanya suami Mama sekarang. Jangankan Papa yang notabenenya orang lain di hidup Nala, Mama ibu biologisnya saja enggan mengakui hadirnya.

Papa membuang pandangnya. Merasa ada desiran aneh saat putra semata wayangnya menatapnya seperti itu. Tatapan yang seolah menghujaminya dengan telak.

"Kamu ikut pulang sama Mama!" Yumna kembali berseru. Enggan untuk di debat.

Langit mendesah kecewa, menatap tak percaya kedua orang tuanya.

Sekali lagi, dimana hati nurani mereka sebenarnya?

"Langit!" Yumna berujar keras.

"Langit mau disini!" pemuda itu tak kalah tegas. Matanya berkaca hendak menangis. Merasa kecewa untuk ke sekian kalinya pada sang Mama.

"Pul-" Davian menahan lengan sang istri saat hendak kembali mendebat putranya, menggeleng pelan saat lelaki dewasa itu melihat setetes air mata meluruh di pelupuk putranya.

"Mama sama Papa kalau mau pulang, ya pulang aja. Tapi Langit mau tetep disini." suaranya bergetar, menghapus kasar jejak air mata di wajahnya.

Rasanya sakit, padahal ini bukan menimpa padanya. Tapi sesaknya Nala bahkan bisa ia rasakan. Penolakan tegas Mama pada satu-satunya kakak yang di milikinya itu terasa menusuk pula pada relung hatinya.

Yumna mendesah, membalik tubuhnya dan berlalu begitu saja dengan amarah yang memuncak. Davian hendak pamit saat seorang dokter keluar dari ruangan Nala.

"Keluarga pasien?"

Langit menoleh pada Davian saat ayahnya itu tak kunjung menyahut. "Saya, saya ad-"

"Ya, saya ayahnya." Langit bersyukur. Setidaknya Walaupun Davian sedikit tak menyukai Nala, tapi hati nurani sang ayah masih ada untuknya.

"Bisa ikut saya sebentar? Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan mengenai keadaan Nayaka."

Langit mengernyit. "Ya." Davian tak bodoh, bahkan sekalipun ia hanya berkecimpung di dunia bisnis, tapi ia tak sebodoh itu untuk memahami situasi saat ini. Melihat raut wajah dokter yang baru keluar dari ruangan Nala saja, Davian sudah bisa menebak, ada yang tidak beres dengan anak sambungnya itu.

"Kenapa gak disini aja?" Langit berujar cepat. Davian melihat gurat khawatir putranya. "Maaf, tapi ada beberapa hal yang harus saya sampaikan lebih terperinci tentang keadaan pasien."

"Tapi-"

"Nanti Papa kasih tau kamu, sekarang kamu masuk dan tungguin abang di dalem. Oke?" Davian memotong cepat, membuat anak itu mau tak mau mengangguk saja.

[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang