Tuhan itu Maha Mendengar, Tuhan tak tidur dan pasti salah satu doa terhebat orangtua akan menembus langit dan akan Tuhan Ijabah nantinya.
Dan— Nala menunggu hari itu datang sesegera mungkin.
Ia tak ingin menjadi beban siapapun, kehadirannya saja sudah di anggap aib, sudah di anggap haram. Dan dengan tidak tau dirinya ia justru menambah repot mereka yang hadir di sekelilingnya?
Ya Tuhan Nayaka.
"Keadaan Nala makin memburuk."
Renata menatap penuh luka sosok rapuh di dalam sana. Di balik kaca besar yang menampakan semenyedihkan apa keadaan Nayaka saat ini.
"Tolong lakuin apapun untuk Nala, Haris. Aku gak mau hidup Nala berakhir sama kayak Mas Evan."
Haris menghela, tak menyahut saat tatap Renata bahkan tak lepas dari tubuh ringkih di dalam sana.
"Ngeliat keadaan Nala yang sekarang ngingetin aku ke masa dimana Mas Evan berjuang sendirian saat itu." sendunya lagi.
"Rena,"
Renata mengalihkan sebentar atensinya, menatap penuh luka dokter yang sama yang dulu merawat sang kakak.
"Tolong Nala untuk kali ini, aku bener-bener memohon sama kamu, tolong perjuangin Nala lebih keras lagi." pintanya penuh harap.
"Nala juga pengidap leukimia, Rena. Dia—"
Air mata Renata kian meluruh banyak, kenyataan pahit apalagi?
"Leu— Kimia? Kenapa— Nala? Kenapa harus Nala, Ris? Kenapa harus keponakan aku?" tangis Renata menggema penuh lara. Sakit di hatinya kembali terasa begitu menusuk.
"Stadium Akhir, yang buat keadaan Nala tiap harinya makin menurun. Tubuh Nala menolak semua obat-obatan yang kita kasih." jelas Haris pelan.
Renata berjongkok, menekan kuat dadanya yang terasa sesak.
Ia pikir, ia hanya akan kehilangan sang kakak dengan cara tragis seperti dulu. Ia pikir, Evan akan menjadi orang pertama dan terakhir yang akan meninggalkannya dengan cara semenakutkan itu.
Tapi, kenapa harus Nala juga?
Ia— salah menitipkan Nala seperti pinta Evan kepada Yumna. Ia salah, ketika mendengar kebenarannya dari Haris jika Nala bahkan begitu ketakutan saat ia akan mengatakan sakitnya pada dirinya. Ia salah, ketika tau Nala bahkan di perlakukan buruk oleh ibunya sendiri.
Kenapa— ia harus menuruti pinta kakaknya dulu?
Kenapa... Tuhan?
"Aku— gak mau Nala ngerasain sakit yang sama yang Mas Evan rasain dulu. Aku takut, Nala kesakitan kayak Mas Evan dulu. Aku— tau, sesakit apa Nala sekarang. Hadirnya yang di tolak dan di benci."
Tangis Renata menggema lirih disana. Memukul keras dadanya yang tiap detik nya terasa begitu menyakitkan.
"....Nala kesakitan sendiri," isaknya penuh luka.
"....Nala memperjuangkan hidupnya sendiri dan Nala di lingkupi ketakutan sendirian. Sama kayak Mas Evan, sama persis kayak Mas Evan. Astagfirullah..."
Haris ikut berjongkok. Ia kembali melihat Renata dua belas tahun lalu. Ia kembali melihat seputus apa Renata yang dulu.
"Rena, Nala akan makin terluka kalau liat kamu kayak gini."
Tangis Renata justru kian menggema keras, terdengsr begitu memilukan bahkan bagi siapapun yang mendengarnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Teen FictionHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...