"Nala— gak mau sembuh. Nala— mau ayah—"***
Brak!
Untuk pertama kalinya, Yumna merasakan ketakutan akan kehilangan. Kehilangan sosok yang—
"Nayaka," pelan ia menggumam nama itu dengan teramat lirih. Dadanya menyesak dan air matanya meluruh begitu saja saat bagaimana tubuh ringkih itu terpental jauh dari tempatnya semula saat sebuah truk menghantam keras tubuh kecilnya.
Tidak bukan ini yang Yumna harapkan. Bukan, sama sekali bukan.
Kakinya melangkah tergesa, berlari sekuat yang ia bisa agar segera menghampiri si sulung di sebrang sana.
Air matanya enggan berhenti dan tubuhnya bersimpuh tepat di depan tubuh sang putra.
"Nala," kepalanya di pangku dengan teramat hati-hati, darah yang menggenang di sekitar tubuh sang putra bahkan ia abaikan begitu saja. Tak peduli baju mewahnya yang ikut ternodai darah sang putra, tangis wanita itu meraung lirih.
Wajah kecil dengan lumuran darah di sekitar dahi dan pelipisnya ia abaikan, dengan penuh kasih wajahnya di bingkai sayang, mengusap lembut surai basah akan darah sang putra.
"Bangun, bangun Nala!" pelan tubuhnya di guncang, berharap jika jelaga kelam yang kini terkatup rapat mampu kembali terbuka.
"Nala! Buka mata kamu! Hiks... Ini bunda, ini bunda Nala! Jadi buka mata kamu! jangan buat bunda takut hiks..." tubuhnya di dekap erat, tangisnya menggema dengan begitu memilukan. Segala rasa tertuang dalam dirinya, dan penyesalan itu— yang paling menguasai dirinya.
"Bu-bunda..." peluknya di lepas dengan perlahan, menatap penuh harap wajah si sulung yang perlahan membuka kembali jelaga kelamnya.
"Bunda disini, bunda disini. Bertahan, hm?" pandangnya mengedar, mencari pertolongan siapapun yang ada disana.
"Akh hiks... Dimana ambulance nya! Kenapa ga ada orang disini, hiks..." kembali atensinya beralih pada sang putra, menggenggam erat jemari yang tak luput dari luka milik sang putra.
"Bu-bunda ma-maafin Nala, ya?" tatapnya sendu dan suaranya bergetar lemah. Yumna menggeleng frustasi. "Nggak hiks... kamu gak salah, kamu—"
"Ma-maaf karena Na-Nala udah terlahir ke dunia..." dan netra itu kembali terkatup rapat, genggamnya mengendur dan tubuhnya melemah dalam dekapnya saat hela nafasnya tak lagi terdengar.
"Nggak nggak, Nala bangun! Nayaka bangun! Hiks... jangan tinggalin bunda jangan, bunda mohon Nala hiks..."
***
"NAYAKA!"
Nafasnya memburu dengan keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Netranya ia paksa terbuka lebar dan tubuhnya ia paksa bangkit. Degupan di jantungnya berpacu cepat. Ada sesak yang menjalar di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Ficção AdolescenteHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...