beberapa Part lagi end yaa..
Happy Reading and sorry for typo~♡
****
Dan, disini mereka sekarang. Di dalam mobil Davian dengan Langit yang duduk di depan dan Nala duduk di belakang. Davian bilang, salah satu harus duduk di kursi sampingnya. Tak ingin di katai supir pribadi. Tidak etis katanya.
"Bang, gak usah ikut upacara, ya?"
Davian berujar tiba-tiba, saat di lampu merah, kepalanya menoleh ke belakang menatap Nala yang mengernyit heran begitupun Langit.
"Kenapa?"
Wajah Nala sudah menunjukan semu pucat, gelagatnya pun sedikit aneh membuat Davian khawatir dan sedikit berlebihan untuk Langit yang tak tau apa-apa.
Apa— sulungnya itu tengah menahan sakit?
Tapi, ada Langit disampingnya.
"Jangan aja." Kelereng hitam Davian bergerak gelisah. Sungguh ia khawatir pada Nala.
"Gapapa, Pah. Ikut aja. Biasanya juga Nala ikut upacara kok."
Langit tak sebodoh itu untuk mereka bodohi.
Langit tau maksud Davian. Tak perlu di jelaskan pun sudah sangat jelas, bukan?
Nala— sedang tidak baik-baik saja dan mereka menyembunyikan semua darinya.
"Jangan deh bang. Mending temenin Langit ke ruang kepala sekolah. Kan disini Langit murid baru jadi belum paham bener tentang sekitaran sekolah. Sekalian Papa nitipin Langit ke kepala sekolah kalau Langit adiknya si juara sekolah. Iya, kan Pah?" Langit tersenyum lebar ke arah Davian yang sedikit terkejut dengan ucap bungsunya itu.
Mengangguk ragu, Davian berdehem canggung. "Iya bang. Bener kata adek."
Langit itu putra kandungnya Davian, dan Davian sudah sangat hatam dengan sikap dan sifat putranya itu saat sorot sendu Langit bahkan tak bisa membohonginya.
Nala berdecak. "Manja bener."
Kali ini Langit yang berdecak. "Manja pala lo! Gue serius ini!" seloroh Langit tak terima.
"Santai dong. Tadi aja di rumah ngomong lembut bener."
"Lo nya yang ngeselin anjir!"
"Pah! Langit bilang kasar! Marahin marahin!" adu Nala.
"Apaan?! Nggak ada, Pah ih! Jangan fitnah lo bang!" bela Langit.
"Fitnah? Papa denger sendiri, kan tadi?"
"Stop! Lampunya udah ijo lagi. Jadi harap tenang anak-anak." seru Davian sedikit frustasi.
"Lo sih!"
"Lo ya monyet!"
"Pah abang ngatain Papa monyet masa?" adu Langit.
"Apaan? Ga ada juga. Jangan percaya si monyet mahbbohong Pah." Nala membela diri.
"Aish! Udah ah berisik kalian. Papa jadi gak fokus nyetirnya inii!! Berantemnya tahan dulu nyampe pulang, ntar di rumah sok aja di lanjut lagi juga mau sekalian baku hantam— eh, ga usah deng, gausah baku hantam nanti Papa juga yang repot." ralat Davian, membelokan mobilnya masuk ke platara sekolah baru Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Fiksi RemajaHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...