Pada dasarnya manusia itu tempatnya salah, hingga kata penyesalan hadir dalam hidupnya.
Penyesalan, ya?
Sebuah rasa yang mengalahkan segala macam rasa yang ada di dunia. Satu rasa yang melingkupi segala rasa kesakitan, kesedihan, luka dan kasih sayang yang tak terbalaskan.
Dan- Yumna menjadi salah satu diantara jutaan ribu manusia yang memiliknya. Memiliki segudang rasa penyesalan dalam hidupnya.
Jika bisa kembali memutar waktu, Yumna hanys ingin mengulang kembali ke masa dimana ia bisa memberi beribu limpahan kasih pada sosok yang kini bahkan seolah enggan kembali membuka matanya. Jelaga kelam dengan sorot teduh yang begitu ia sanjung.
Yumna akui, tatap hangat Nala bahkan mampu mengalahkan kehangatan siapapun yang melingkupinya dan Yumna merindukan itu.
Jemari Nala yang tak terinfuse di raihnya, di genggamnya hangat saat sengatan dingin terasa menusuk ketika ia menggenggamnya.
"Nayaka,"
Nama yang begitu jarang ia lontarkan, nama yang awalnya begitu benci ia vokalkan. Nama yang sebenarnya indah yang begitu cocok dengan sosok indah pemiliknya. Air mata Yumna jatuh membasahi punggung tangan Nala saat ia mendekatkannya dan menciuminya penuh kasih.
"Nayaka," lagi, hanya nama itu yang mampu Yumna lontarkan ketika hatinya begitu terluka melihat keadaannya saat ini.
"Bangun, sayang." lirihannya mendayu dengan getaran hebat di tubuhnya. Tangisnya, lukanya dan segala rasa penyesalannya tumpah ruah begitu saja.
Kenapa sakit sekali, Tuhan?
"Maafin- bunda."
Nala sempat berfikir, panggilan apa yang tepat untuk bidadari cantik yang mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkannya dulu jika bukan di panggil sebagai seorang ibu?
Yumna dulu begitu membencinya saat Nala memanggilnya Bunda. Mama. Atau bahkan ibu sekalipun. Tapi sekarang?
Ah, bunda katanya.
Jika saja Nala mendengarnya, kalian tau? Semanis apa senyum Nayaka yang akan terbit setelah mendengarnya?
Punggung tangan Nala kembali di usapnya penuh kasih.
"Maaf," lirihnya lagi, menatap penuh luka wajah kecil yang sedikit terhalang masker oksigen di mulutnya.
"Hukum bunda dengan cara apapun, tapi nggak dengan cara yang kayak gini. Pulang, ya? Kembali sama bunda dan kasih bunda izin untuk memperbaiki semua yang sempat rusak." suara Yumna bergetar penuh penyesalan. Menciumi intens punggung tangan sang sulung.
"Lukanya terlalu dalam, ya? Terlalu sakit sampai kamu dengerin semua pinta buruk bunda ke kamu? Kamu boleh bangkang bunda, kamu boleh marah ke bunda kalau ucap bunda emang terlalu nyakitin kamu, sayang. Tegur bunda, marahin bunda semau kamu, tapi ngga dengan ninggalin bunda, ya?"
"...Nana sayang, denger bunda, kan? Pulang, ya? Pulang ke bunda. Jangan pulang untuk nyusul ayah. Bilangin ke ayah, kalau disini, bunda masih sangat membutuhkan kamu. Langit dan Papa Davian juga. Disini kita masih nunggu kamu untuk pulang." celotehan Yumna terdengar mendayu penuh luka. Penuh lara dan penuh sesal.
"...Langit sampe kecelakaan, sayang. Dia panik waktu denger kabar kamu. Dia panik sampai nekat ambil kunci motor Jevano temen kamu dan bawa motor dia dengan pikiran kalutnya. Hey, bunda gak akan nyalahin kamu. Jangan salah paham, hm? Jangan salah paham, bunda gak marah. Bunda cuman baru menyadari kalau ikatan kalian lebih kuat dari apapun. Rasa yang saling mengasihi, saling menyayangi yang bahkan bunda aja sulit untuk menembusnya. Sesayang itu Langit sama kamu, dan Bunda percaya, rasa sayang kamu ke Langit juga jauh lebih besar, kan? Kamu marah waktu Langit nangis, dan ayo marahin Langit karena dia bandel, sayang. Cuman titah kamu yang akan di denger Langit. Cuman ingin kamu yang akan Langit kabulkan. Bangun, ya sayang?" puncak kepala Nala di usapnya penuh kasih. Saat bagaimana helai rambut sang sulung juga ikut menempel di telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Teen FictionHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...