Part.16 || Marahnya Nala

1.2K 175 28
                                    

"Lo buat bunda makin benci gue, Langit! Kenapa? Kenapa lo lakuin ini? Hiks..."

****

Langit menyandarkan tubuhnya di dinding dapur dekat  dengan kamar mandi, memejamkan matanya mendengar selirih apa tangisan seseorang di dalam sana.

Langit tidak iri, Langit juga tidak marah pada Jevano. Karena ia tau, hanya Jevano yang mampu sedikit mengorek hati Nayaka.

Cklek!

Pintu di buka, menampakan Jevano yang keluar dengan wajah basah seperti bekas di basuh oleh air, dan sedikit terkejut ketika mendapati Langit yang kini tengah berdiri mematung di hadapannya.

"Nyatanya, suara tangisan lo kedengeran sampe luar." Langit berujar pelan, membuat Jevano sedikit tertegun dan langsung mengedarkan pandangnya takut ada yang mendengarnya lagi selain Langit.

Tubuh Langit kembali menyandar pada dinding, kembali memejamkan matanya dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada.

"Gak ada yang nangis. Mungkin lo salah denger." elak Jevano pelan yang hanya di hadiahi dengusan sinis.

"Lo jelek kalau lagi ngebohong dan lo gak seahli itu untuk nutupin semuanya dengan rapat." sarkas Langit tanpa menatap Jevano.

"Langit, maaf."

Langit mendengus, tersenyum sinis mendengar ucap pelan Jevano padanya. "Kenapa minta maaf? Harusnya gue yang minta maaf sama lo." tutur Langit kemudian.

Hening diantara keduanya, hingga suara Langit kembali terdengar pelan. "Tolong jaga Bang Nala ya, Bang? Gue titip dia sama lo. Gue mungkin gak akan bisa selalu ada sama dia karena Mama."

Jevano menatapnya sendu, mengangguk cepat sebagai jawab atas segala pinta anak itu. "Pasti."

Langit mengusap air matanya yang entah sejak kapan ikut meluruh, menangis dalam diam demi apapun begitu menyesakan dada. "Lang," Jevano memanggilnya kemudian, membuat anak itu mengangkat kepalanya menatap Jevano.

"Kalau suatu hari nanti lo tau semua kebenarannya, tolong terima semuanya dengan lapang, ya? Terima semuanya dengan iklas," tutur Jevano kemudian.

Langit tak bertanya mengapa. Pemuda itu hanya mengangguk saja sebagai jawaban. "Iya. Gue coba."

"Permudah jalan dia." Lirih Jevano kemudian.

Sudah, Langit sudah tak sanggup lagi membahas yang sebenarnya terdengar ambigu baginya. Penuturan-penuturan Jevano, tangis sendirian Jevano.

"Apa selama ini gue yang mempersulit hidup dia? Apa sebenernya gue yang jadi bebannya Bang Nala?" tanya Langit.

"Gak gitu. Lo salah, yang ada lo itu alasan dia bertahan sampai sejauh ini. Jadi, tolong terus yakinin dia kalau dia gak sendirian disini."

Langit menunduk dengan bahu yang bergetar. Sekarang ia tau, ia sudah bisa membaca maksud ucap Jevano tanpa harus menanyakan apalagi yang ia sembunyikan dengan kakaknya itu.

"Dan tanpa lo sadari, lo ngasih tau apa yang sebenernya coba kalian sembunyiin dari gue. Bang Nala sakit, kan?" Jevano sedikit tersentak. Ia sedikit keceplosan untuk ucapannya yang bahkan ia sendiri tak sadar telah mengatakannya.

[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang