Part.21 || Yumna dan Segala Penyesalannya

1.3K 181 55
                                    








"Bunda! Nana juga mau makanan yang kayak Langit,"

Kala itu Nala baru berusia lima tahun, berpaut satu tahun dengan Langit, adiknya.

"Nggak! Ini cuman buat anak saya!"

Nala kecil langsung merengut. "Ayah bilang, Nana juga anaknya bunda! Jadi Nana boleh mau, ya?"

"Diem kamu! Pergi sana!"  sentak Yumna keras, membuat wajah Nala langsung merah padam menahan tangis.

"Nonono! Abang mau?"

Langit kecil sedikit berlari, menyerahkan sebuah cokelat yang Nala mau. "Buat abang Nana.."  Langit terkekeh pelan, mencubit pipi gembil sang kakak dengan gemas. Mata Nala berbinar, mengambil dengan senang hati cokelat pemberian sang adik.

"...ndut! Pipinya ndutt!!" kekeh Langit lagi seraya terus menoel-noel pipi sang kakak.

Yumna sedikit tertegun. Interaksi manis antara kakak beradik di hadapannya. Kedua putra— ah, tidak. Yumna menggeleng kuat. Merebut paksa cokelat batang di tangan mungil Nala.

"Ini untuk anak saya, bukan untuk kamu!" 

Nala kecil hanya mampu menatap nanar cokelat pemberian Langit yang kembali di ambil paksa oleh sang bunda.

Bibir bawahnya mencabik dan siap menangis. "Jangan cengeng! Dan masuk ke kamar kamu! Saya males liat wajah kamu!"  sentak Yumna keras.

"No!! Mama jangan malahin abang! Abang jadi nangis di malahin Mama telus!"  bela Langit, menyembunyikan tubuh kecil sang kakak di tubuhnya yang juga nampak kecil.

Langit berbalik dan menghadap Nala, menghapus air mata sang kakak dengan lembut yang bahkan ia sendiri tak sadar jika dirinya juga ikut menangis.

"Nonono! Abang ga boleh nangis! Hiks... Gak boleh nangis, abang! Nanti Langit bilang Papa buat beli cokelat banyak-banyak buat abang, kkay?"

****

"Abang!"

Langit berlari kecil ke arah Nala yang tengah mengancing asal baju seragamnya. Nala kecil mendongak dan sedikit bingung melihat tingkah sang adik.

"Liat? Kancingnya panjang sebelah!" Langit mengomel, membuka kembali kancing seragam yang susah payah Nala pasangkan.

"Kenapa di copotin lagi, Langit? Abang susah kancingnya!"

Langit terkekeh pelan saat melihat sang kakak marah yang justru mengundang semburat merah di kedua pipi sang kakak yang sangat Langit kecil nanti-nantikan. "Ndut!! Pipinya melah..."  Langit kembali mencubit gemas kedua pipi sang kakak yang mengundang aduhan pelan sang empunya pipi.

"Sakit Langit. Udah, abang mau berangkat sekolah dulu." Nala menjawab ketus, kembali memasang kancing seragam yang semula Langit copot tanpa dosa.

"Wihh!! Abang hebat bisa nyebut elll—"

"El?"

"No! Elllrr.... Eoh! Susah, elllrr... Abang, bukan ell!"

Nala kali ini yang terkekeh gemas, mengusak surai legam sang adik. "Oh, Er, ya?"

"Nah iya, Elllr..."

"Aduh muncrat Langit! Hujan muka abang!" dengus Nala pelan.

[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang