What If Pt.1 : Di Pemakaman, Empat Sekawan

1.4K 146 12
                                    

Di antara hujan, Nala dan segala kenangan yang hadir. Raganya mungkin udah gak bareng kita, tapi jiwanya udah melekat di tiap-tiap langkah kita. Gimanapun, Nala tetap bagian dari kita

 Gimanapun, Nala tetap bagian dari kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****


Malam dimana Nala kembali pulang. Malam dimana mendung ikut menyertai setiap sendu yang tengah berkabung. Langit bahkan ikut berduka atas berpulangnya seorang Danantya. Seorang yang akan begitu diingat seberapa hebat ia memperjuangkan kasih yang selalu ia langitkan pada Sang Kuasa.

Yumna masih bersimpuh memeluk nisan dengan ukir nama yang begitu indah.

Nayaka Nala Danantya bin Evan Bhanuprakash.

"Ayo," Davian berjongkok disamping Yumna, memeluknya dari samping bermaksud membawanya bangkit. "udah hampir hujan, kita pulang, ya?"

Gelengan Yumna berikan, pelukannya pada kepala Nisan Nala kian mengerat. "justru karena mau hujan, aku gak akan ninggalin Nala sendirian disini. Disana pasti Nala kedinginan, Mas. Aku akan tetep disini, jagain Nala." Suaranya pelan, serak mengerikan dengan air mata yang kembali luruh.

Jevano memalingkan wajahnya melihat seberapa hancur sosok yang selalu Nala panggil Bunda itu.

Memang, harus seterlambat ini, Tuhan?

Tak bisakah Nala sebentar saja merasa bahagia di dunia? Kenapa— harus secepat ini?

Batinnya berperang dengan segala keributan dalam pikirnya. Membuat lagi-lagi cairan bening meluruh di pelupuknya.

Sesakit itu memang. Tapi, apa yang bisa ia lakukan?

Jika urusannya sudah dengan Sang Pencipta, lantas dia yang juga sama sebagai Ciptaan-Nya bisa apa?

Nala bukan butuh tangisan sekarang, bukan juga pelukan tak bermakna yang kini dilakukan oleh sosok yang selalu Nala panggil bunda itu. Yang Nala butuhkan sekarang hanya do'a dan keikhlasan yang entah sampai kapan ia mampu menerapkannya.

"Ikhlaskan Nala, tolong permudah jalannya, ya?"

Jevano menundukkan wajahnya mendengar tutur lembut Papa Nala pada Bundanya Nala.

Iya, permudah jalan Nala menuju dimana Surga -Nya Allah tengah menunggunya. Biarkan Nala bahagia disana bersama dengan apa yang belum sempat ia dapatkan selama di dunia. Biarkan Nala seperti itu dengan do'a-do'a yang selama ini selalu ia panjatkan pada Sang Kuasa.

"Jev, ayo." Rey menyentuh lengannya pelan, menarik kembali sadar Jevano yang sedikit melamun dengan segala pikiran ributnya.

Jevano mengangguk, "ayo." Sahutnya pelan, menatap sebentar tanah merah yang bahkan masih nampak begitu basah dengan nisannya yang masih di peluk bunda Nala. Jevano melirih dalam hati.

"Gue pulang dulu sama yang lain. Tidur yang nyenyak. Jangan pernah sakit lagi karena semua sakit Lo udah Lo abisin selama hidup di dunia. Disana, Lo harus makan yang banyak, senyum yang banyak dan selalu bahagia. Jangan sampai sakit-sakitan lagi, sebagai pinta Lo waktu itu tentang Langit. Gue— akan bantu jagain dia untuk Lo. Bareng yang lain juga."

[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang