"Tapi batin gue luka mulu."
***
"Mau kemana?" Langit merundukan pandangnya, mendapati sang Mama yang tengah berdiri di dekat meja makan dengan segelas susu hangat di tangannya.
"Keluar, sebentar." Yumna menukikan alisnya tak suka. "Udah malem."
Langit mendesah, berjalan begitu saja mengabaikan. Degupan di jantungnya bahkan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Mendengar suara lirih Nala di sebrang sana bahkan membuat Langit mampu berpikiran yang tidak-tidak tentang kakaknya.
"Langit!" Yumna memekik. Memanggil nama anak itu sedikit keras yang lagi-lagi anak itu abaikan.
Langit menghela jengah saat Sang Mama bahkan sudah berdiri di ambang pintu dan menghentikan langkahnya.
"Ma!" untuk pertama kalinya Langit menyentak Yumna. "Langit harus keluar! Bang Nana—" Langit menggantung ucapnya, menatap ke sembarang arah menghindari tatapan Yumna.
"Dia yang nyuruh kamu?! Nggak! Mama gak ngasih ijin! Biarin dia mau pulang mau nggak! Terserah! Mama gak peduli."
Langit mengusap wajahnya kasar dengan rahang yang mengeras. "Ma, Langit harus ketemu Bang Nana! Langit—"
"Nggak!! Sekarang kamu naik ke kamar kamu dan tidur." tegas Yumna keras.
"Ma—"
"Naik Langit!"
"Tapi, Ma—"
"Gak ada tapi-tapian!! Sekarang juga kamu balik ke kamar kamu dan tidur! Besok kamu harus sekolah!" sentak Yumna.
"Tapi tadi Abang telepon Langit dan—"
"Mama gak peduli! Dari awal kita emang salah udah nerima dia di rumah ini!" pada akhirnya Yumna kembali berucap sarkas. Menyalahkan kembali hadir sang kakak di sana.
"Parasit! Kerjanya cuman nyusahin doang! Dia aib. Dia—" sambungnya sarkas.
"Ma!" seru Langit keras.
Langit mendesah frustasi, merogoh saku hoodienya dan mencari nama yang mungkin bisa membantunya. Remaja itu berbalik Meninggalkan Yumna diambang pintu.
"Hallo, Bang. Bisa tolong Langit?" Yumna mendengar jelas anak itu menelpon seseorang, tapi yang jelas itu bukan Nala.
"Tolong ke taman komplek Bina Karya sekarang. Bang Nana—" sedikit melirik Yumna di belakangnya, "tolong temuin dia disana. Gue mohon. Gue gak bisa, Mama— gak ijinin."
"Oke, thanks sebelumnya."
***
Jakarta gerimis malam ini. Hanya menampakan gulungan pekat awan hitam yang bergelayut manja di langit malam.
Ngomong-ngomong gerimis, katanya gerimis itu kadang mengundang rindu. Mengudarakan sejuta rindu yang bahkan sulit untuk di utarakan. Termasuk Nala. Rindunya membuncah pada sosok yang bahkan sudah tak bisa lagi di rengkuhnya. Pada sosok kebanggaannya yang bahkan paling banyak mengumbar kasih padanya. Ayah. Nala rindu sosok ayahnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Novela JuvenilHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...