"Kalaupun harus mengalah, Nala ikhlas. Kalaupun harus menyerah, Nala pun rela. Apapun untuk semesta-nya Nala, Nala akan ikhlaskan segalanya."
****
"Maksud Papa apa? Tolong jelasin sama Nala apa yang Papa bilang tadi ke Mbak Rena gak bener! Langit-" Ah, air mata Nala merembes turun membasahi pipi tirusnya. "...Langit pasti baik-baik aja, kan Pah? Langit pasti lagi di rumah sama Mamanya, Langit-"
"Abang," Davian menyela lirih, membuat Nala langsung bungkam dengan isakan yang tak mampu ia tahan.
Sakit sekali. Tangis Nala kian keras. Kian menggema penuh luka.
Apalagi sekarang, Tuhan?
"Kenapa?" Nala bertanya ingin tau di sela isaknya.
Davian diam cukup lama. Merasa bimbang dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang berperang antara hati dan pikirannya.
Haruskah ia memberitahu Nala semuanya?
Atau- jangan?
"Pah!"
Panggilan Nala kembali menarik atensi Davian. Menghela, Davian meraih tangan kanan Nala lantas menggenggamnya hangat.
"Gapapa." Davian berujar pelan tanpa menatap Nala yang justru kini menatapnya penuh kecewa. Lagipula, bukan itu jawaban yang ingin Nala dengar dari Papa. Bukan sama sekali.
"Apanya yang gapapa?! Nala denger sendiri tadi kalau mata Langit- gak bisa ngeliat lagi?" dada Nala sesak saat mengatakan satu kalimat di akhir. Begitu menyakitkan jika nyatanya semua itu memang benar.
Davian menatap teduh jelaga kelam Nala yang berlinang air mata, lantas tangan kirinya terulur pelan menghapus lembut jejak air mata di wajah pucatnya.
"Kamu pasti salah denger tadi."
Tidak, Davian tidak boleh memberitahu keadaan Langit pada Nala saat keadaan si sulung saja sama berantakannya dengan si bungsu.
"Nala bukan anak kecil lagi yang bisa Papa bohongin! Nala denger semuanya! Nala denger semua pembicaraan Papa sama Mbak diluar tadi." sedikit menyentak, Nala menatap penuh luka Davian yang mencoba menutupi segalanya dari dirinya.
"Jelasin, Pah!" sentaknya lagi saat Davian justru tak kunjung mengeluarkan suaranya.
Davian kian mengeratkan genggamannya pada jemari si sulung, lantas menghela pelan dengan tatap yang kian meredup. "Iya, apa yang kamu denger tadi semuanya bener. Tentang Langit. Dia- kehilangan penglihatannya."
Nala menutup mulutnya tak percaya dengan air mata yang kian deras membasahi wajahnya. "Kenapa?"
"Kamu inget waktu kamu collapse di sekolah waktu itu? Waktu sebelum Haris vonis kamu kalau kamu koma sampai kamu baru bangun tiga hari yang lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]
Ficção AdolescenteHanya sedikit kisah dari bukan si tokoh utama yang mungkin akan berakhir bahagia pada kebanyakan cerita Novel. Ini hanya kisah dari seorang Nayaka Nala Danantya. Si remaja tanggung dengan sejuta harap yang hanya akan mengudara di tiap Sholat malamny...