Part. 26 || Nala Ingin Egois

1.2K 171 6
                                    


"Nala ingin egois sekali ini lagi, boleh? Biarin Nala memperjuangkan hidup Nala, ya bunda?"

****

"Pah, Langit pernah bilang kalau dia iri sama bola mata Nala. Katanya cantik. Emang anaknya ada-ada aja." Nala memulai ceritanya setelah sedikit lama keduanya terlalu terhanyut dengan lamunan masing-masing.

Davian menolehkan kepalanya, menatap teduh wajah pucat yang nampak lebih kurus dari hari-hari sebelumnya. "Kalau Nala kasih ke Langit, kira-kira bagus gak ya Pah?" Davian menahan nafasnya mendengar tutur selanjutnya Nala. Seolah tanpa beban apapun, Nala menuturkan sesuatu yang bahkan mampu membuat dada Davian menyesak.

"Ngomong apa kamu?"

Nala menoleh, memberikan senyum kecilnya menatap Davian yang masih menatapnya teduh. "masa depan Langit kan masih sangat panjang, Pah. Impian Langit dan harapan yang kalian lambungkan untuk Langit masih belum tercapai, kan?"

Davian memalingkan wajahnya, tak tega melihat wajah polos dengan semu pucat putra sulungnya itu. "Begitu juga masa depan kamu. Jadi berhenti ngoceh hal yang gak jelas, Nayaka. Papa gak suka dengernya."

"ALS Lengkap sama Leukimia. Papa kira itu penyakit yang bisa sembuh dengan mudah kayak demam gitu?" Nala terkekeh pelan mengatakannya, seolah ucapnya bahkan tanpa beban sedikitpun.

"Iya." Davian bahkan nyeleneh dengan jawaban singkatnya. Tak ingin mendebat pun tak ingin salah bicara nantinya. Ia tau, Nala sedang terguncang dengan keadaan adiknya. Nala— juga terluka untuk keadaan Langit.

"Nala gak yakin malah." Sahutnya.

"Tapi Papa yakin." Lagi, Davian menyahut juga.

Nala mendesah pelan, menerawang Langit jingga dengan angin hangat yang menerpa wajahnya, senyum pemuda itu terbit sedikit. "Papa emang gak kasian sama Langit? Nala masih bisa liat cantiknya langit jingga waktu sore-sore gini sama Papa. Tapi Langit? Gelap, Pah." Lirihnya di akhir.

"...dan itu karena Nala." Sambungnya lagi kian melirih dengan kepala yang menunduk.

"Bukan! Berapa kali harus Papa jelasin kalau itu bukan karena kamu?" Sentak Davian sedikit mengeras. Tidak, hatinya sakit mendengar segala penuturan yang keluar di bibir pemuda itu. Hatinya menyesak mendengar setiap rentet kata yang di keluarkan si sulung padanya.

"Kalau Nala gak collapse waktu itu, Langit pasti masih bisa liat secantik apa wajah bunda, seindah apa dunia yang belum semuanya Langit jelajah, kan Pah?" Nala abai dengan ucap Davian. Terus mendongak menatap teduh hamparan langit diatasnya.

"...Papa tau? Sekeras apa perjuangan Ayah untuk hidupnya dulu?" Nala bertanya kemudian. Menoleh kembali menatap Davian sendu.

"Bahkan dulu Ayah pernah berjuang mati-matian supaya bisa kembali bersama bareng bunda lagi sebelum tau bunda ternyata udah nikah sama Papa. Tapi, Ayah gak menyalahkan Papa. Ayah justru berterima kasih karena Papa mau menerima segala kekurangan bunda waktu itu. Nala juga, sangat berterima kasih untuk itu sama Papa." Nala memulai ceritanya. Menerawang kembali ke masa dimana ia masih bisa melihat sehangat apa senyuman ayah kala itu.

Ah, Nala rindu padahal baru kemarin ayah datang menemuinya di mimpi bersama Langit.
"...ayah berusaha melawan penyakitnya, penyakit yang sama yang ada di tubuh Nala sekarang. ALS. hehe. Dan Ayah benar-benar bertekad untuk sembuh, untuk memperjuangkan hidupnya demi Nala. Romantis, ya Pah? Hehe..." Kekeh Nala sebelum kembali menerawang kembali mendongak menatap hamparan jingga yang kian meredup.

"...dan Papa tau maksud Nala apa?" Kepalanya menoleh menatap Davian disampingnya. Tersenyum hangat yang bahkan mengalahkan hangatnya terpaan angin sore itu.

[✔]NAYAKA [Jaemin.ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang