"Tapi tantangan ketiga adalah berlari lebih cepat karena waktu kita tinggal 15 menit lagi"
Beomgyu mengatakannya ketika mereka baru saja melewati papan 200 meter. Tunggu? Dimana papan 300 meter? Apa mereka sudah melewatinya?
"Sial, waktu kita sangat terbatas"
Yeonjun dapat melihat cahaya kekuningan di depan matanya. Mereka berlari kearah timur, tempat dimana matahari terbit.
"Huening oppa..."
"BEOMGYU-AH"
"TAEHYUN-AH"
"Soobinie..."
"Yeonjunie..."
Di waktu yang terbatas, suara itu saling sahut menyahut membuat ke-5 remaja yang sedang berjuang tersebut menghentikan langkah dan menutup telinga karena suara yang sangat dekat membuat telinga mereka berdengung.
Yeonjun melihat Soobin yang berdiri didepannya berteriak langsung berlari menggandeng tangan pria itu menjauhi papan 100 meter.
Baiklah, sedikit lagi
Soobin meringis merasakan sakit di 2 tempat berbeda. Pertama, nyeri di telinganya karena terus berdengung. Kedua, nyeri di pergelangan tangannya karena di tarik paksa oleh Yeonjun.
Melihat kakak kelasnya kembali bergerak, Hueningkai hendak menyusul. Namun ia tak sengaja menabrak Taehyun yang sudah lemas sehingga jatuh terduduk. Baru saja ia hendak menolong, peraturan utama dari permainan ini memenuhi otaknya.
"M...mianhae, Taehyun-ah"
Kemudian ia berlari menyusul Yeonjun
Beomgyu terjatuh berlutut karena suara dengungan itu begitu keras. Suara Yeji yang memanggilnya, suara ibunya yang memanggil kakaknya, suara kakaknya yang memanggil pacarnya, dan suaranya sendiri memanggil Taehyun juga memenuhi telinganya saat ini. Ia melirik arlojinya, tidak ada harapan.
5 menit?
Ia menarik kunci jam tersebut dan memundurkan waktunya sebanyak 1 jam hanya untuk membuatnya lebih tenang. Kemudian ia berusaha bengkit dan berjalan perlahan karena angin kencang tiba-tiba saja datang dari arah berlawanan membuat langkahnya gontai. Ketiga sahabatnya sudah tidak tertangkap lagi oleh inderanya. Yang ia lihat hanyalah Taehyun yang sedang melindungi wajah dari debu dengan suara yang saling sahut menyahut sebagai backsound.
Beomgyu berusaha membopong Taehyun dengan sisa tenaga yang ia miliki. Tentu ia tidak tega jika meninggalkan pemuda itu sendirian disini. Taehyun sendiri hanya bisa melingkarkan tangannya di leher Beomgyu karena kakinya tak bisa digerakkan lagi.
90 meter
Beomgyu membaca jarak tempuh sisa yang harus mereka lewati. Baru beberapa langkah, angin kencang yang sedari tadi menghalangi jalannya berangsur-angsur menghilang. Ketika anginnya sudah benar-benar tak terasa, Beomgyu bisa melihat kembali ketiga temannya yang berjalan dengan santai. Tapi anehnya, 3 namja tersebut tidak terlihat berantakan seperti dirinya dan Taehyun.
"Hyung?" - Beomgyu
"Tidak ada harapan, Beomgyu! Tak ada yang bisa kita lakukan selain menyerah pada makhluk itu" - Yeonjun
"Jika iya, seharusnya kita semua sudah musnah dari tadi" - Beomgyu
"Memangnya pukul berapa sekarang? Dan kenapa penampilanmu..." - Hueningkai
Ngomong-ngomong, mereka berjalan sejajar sekarang, makanya Hueningkai bisa melihat penampilan Beomgyu yang kusut karena angin tadi.
"Apa kalian tidak merasakan adanya angin?" - Beomgyu
"Yang kita rasakan hanyalah cahaya kegagalan untuk terus bertahan dan terbebas dari terror ini" - Yeonjun
"By the way, pukul berapa sekarang? Kau belum menjawab pertanyaan itu" - Soobin
"Oh, maaf! Aku tidak bisa melihat arlojiku" - Beomgyu
"Apa yang terjadi dengan Taehyun?" - Hueningkai
Semua mata otomatis melihat kearah Taehyun. Pria itu sedari tadi hanya diam sembari menenggelamkan kepala di leher Beomgyu.
"Apa dia korban pertama?"
Yeonjun secara spontan memukul mulut Soobin yang berbicara asal.
Kenapa ia tak bergerak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Run For Your Life || TxT
Fanfiction[END] Hanya sebuah cerita yang terinspirasi dari mimpi dalam tidurku ketika matahari pagi tahun baru Berlari untuk hidupmu, tapi berlari dari apa? Kami hanya berlari dan terus berlari seperti orang gila Tapi kenapa pelarian ini seolah tak berakhir? ...