Hampir buta;
Debu-debu yang memenuhi kamar
menusuk tanpa kalah,
syukur,
rakaman suaramu
tersimpan rapi dalam laci,
suaramu masih kedengaran jelas
dalam lagu-lagu memoir
yang ku mainkan tanpa terhentikan,
sambil menyusun ruang galeri
yang berantakan,
cahaya bulan cuba-cuba
menyelinap melalui jendela rapuh,
halus, namun cukup terang.Gelap,
usai.
YOU ARE READING
Kopi Lelaki Semalam Dan Pujukan Bulan
PoetryDia hanya sendiri, melukis bulan diatas kopi.