1.

55.7K 3.4K 274
                                    

Pastiii pastiii pastiiii ada yang protes, "Bisma Sonia gak up kaaak? Kook nulis cerita baru lagi Kaaak?"

Yah, namanya juga ide lagi seliweran, kalau enggak segera dituangkan bisa ilang☺️

Kali ini aku nulis cerita agegap lagi. Pengen nulis tentang toxic relationship sih, ah semoga endingnya sesuai ekspektasi.

Selamat membaca. Jangan tanya Bisma Sonia mulu. Lagi mampet, kalau lancar nanti pasti dilanjut.🤗

Btw, tinggalkan komen yang sopan. Yang gak sopan, sorry, kalau aku kick.

***
C

ERITA INI SUDAH TERBIT.
JADI BAGI YANG BARU BACA, KALAU NEMU TYPO, GAK SESUAI EBI / KBBI, ABAIKAN SAJA, KARENA SUDAH DIREVISI DALAM BENTUK CETAK. VERSI WATTPAD SENGAJA DIBIARKAN SEPERTI INI.

SEKIAN.

***


Iren Maudy

Dahi Kendra mengernyit, membaca nama akun yang muncul di permintaan pertemanan media sosialnya. Penasaran, gadis itu menggerakkan jarinya, membuka profil dari si pemilik akun. Dahinya makin mengernyit.

“Ada apa Ken?” Sisil —sahabatnya— yang baru selesai bimbingan menatap heran. Menatap Kendra yang bersandar di depan kantor jurusan, tangan kirinya mendekap map berisi bendelan skripsi hasil bimbingan, tangan kanannya memegang ponsel. 

“Gak tahu nih, ada yang follow akun Instagram sama Facebook ku, aku gak kenal, tapi mutual friendnya, ada nama Mas Erik sama beberapa temannya." Kendra menunjukkan layar ponsel miliknya.

“Oh ya?” Sisil membaca dengan menaikkan kacamatanya yang melorot. 

Gadis di depannya mengangguk, “Masa temannya Mas Erik ya?”

“Iya mungkin, temen kantornya Mas Erik. Kan kamu pacarnya, sekalian di follow, maybe.” Sisil mengangkat bahu, terkesan tak peduli karena perutnya keroncongan. Gara-gara antri bimbingan pagi, dia melewatkan waktu sarapan. 

Masa sih? 

Kendra kembali menekuri profil itu. Wanita cantik, berambut pendek. Informasi di bio profilnya tidak terlalu lengkap. Dia tak yakin, meski tidak berteman dengan semua teman Erik, tapi, wajah ini asing baginya. 

"Yuk ah laper." Sisil sudah tak tahan, rumahnya jauh, dan demi ketemu dosen pembimbing kedua, dia rela tak sarapan, mandi saja patas. Untung Malang lagi dingin-dinginnya, jadi cukup mengandalkan minyak wangi, kepercayaan dirinya naik tiga level. 

“Pak Dahlan bukannya udah balik dari Aussie ya? Kok belum ngampus sih."Sisil mengeluhkan salah satu dosen pembimbingnya yang super sibuk dan jarang bisa ditemui. Mana dosen pembimbing pertama pula. 

Kendra yang berjalan di sebelahnya menghela napas besar. Kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. 

"Jetlag mungkin, kan baru kemarin balik, nanti Bayu kabari, mudah-mudahan nanti sore bisa ditemui di rumah."

"Aamiin."

Bayu adalah ketua angkatan mereka. 

"Padahal, aku sudah bikin judul paling gampang, biar cepet kelar, eh sama aja, molooor," keluh Sisil lagi. Kendra cekikkan, merangkul sahabatnya. 

"Udahlah, dinikmati saja, gak terulang dua kali lho, kecuali kalau kamu mau jadi mahasiswa abadi, atau lanjut magister dan ketemu tesis." 

"Wegah, aku mau cari kerja saja setelah lulus, emang kamu mau lanjut S2? Bukannya langsung merit sama Mas Erik?" 

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang