34

17.4K 2.4K 225
                                    

Hari ini, upload yang ringan-ringan aja dulu
Mudah-mudahan sebelum Ramadhan udah Tamat.

***

Martha dan Ira mengantar Kendra ke stasiun, saling berpelukan haru. Kendra berterima kasih pada dua temannya  karena sudah menemani melewati sesi wawancara yang membuat gugup, dan mengajak jalan-jalan setelahnya, meski jatuhnya cuma ke Monas, mampir Masjid Istiqlal dan jajan di sekitar lokasi saja, karena diburu waktu.

Beruntung, Kendra selesai wawancara tepat adzan dzuhur, mendapat nomor lebih awal, sehingga bisa kabur sebentar menikmati Jakarta yang macet. 

Sebenarnya sudah beberapa kali dia ke kota ini, ketika diajak Mama sambang keluarga yang di sini, hanya saja, lain rasanya ketika bersama teman atau sahabat. Untung pula tadi dia sudah menitipkan barang-barang di kamar Erwin, sehingga tidak pusing saat waktunya check out, dan mereka janjian ketemu langsung di stasiun. 

Kendra ngerjain Erwin habis-habisan, membiarkan pria itu membawa barang-barangnya. Harus check out jam 2 sendirian, dan memikirkan waktu harus ngapain sampai jadwal kereta berangkat nantinya. 

Erwin gak kurang akal, rekan dan keluarganya juga banyak di Jakarta. Akhirnya dia numpang tidur juga di apartemen Doni—sepupunya—, sambil menunggu pesan dari Kendra, tapi nyatanya gadis itu seolah lupa, kalau datang ke kota ini dengan siapa. 

"Ini anak, memang kalau sudah ketemu temennya bisa lupa sama lainnya." 

Doni yang mendengar gerutuan itu hanya tertawa saja. Dia sudah mendengar sedikit kisah tentang mereka, ketika Erwin menghubungi hendak numpang sebentar.

"Salah lu bro, usia seperti Kendra ya masih usia main."

Erwin melempar ponselnya ke sofa, lalu merebahkan badan. Memilih tidur. 

"Erwin yang gue kenal, cowok anti ribet sama cewek, pacar lu banyak, gonta-ganti, karena lu males kalau cewek lu mulai bikin ribet, tapi sekarang? Lu malah ngurusi anak orang, ninggalin kerjaan lu yang lagi padet itu." 

Dengan mata masih terpejam, Erwin hanya meringis saja. 

"Karma kayaknya." 

"Karma tukang ghosting."

"Sialan kamu!"

Dan sekarang, lihatlah. Gadis ini seperti enggak ada habis energinya. Setelah seharian  mengikuti wawancara dan main, matanya masih terbuka lebar dan mulutnya tak henti bercerita tentang pengalaman pertamanya wawancara kerja, diperusahaan bonafid, BUMN pula. Di dalam kereta besi yang berjalan cepat dari barat menuju Timur.

"Heran, kenapa pertanyaannya sama persis seperti yang Mas Erwin bilang. Keren lho, rasanya bangga punya pacar Direktur." 

Erwin tersipu. Astaga! Kenapa dia jadi mudah tersipu sekarang? 

"Kamu bisa jawab semua?" 

Kendra yang posisi duduknya membelakangi jendela supaya bisa menghadap ke arahnya, mengangguk cepat. 

"Bisa, tapi…" 

"Apa?" 

"Saat ditanya goals lima tahun ke depan, jawabanku agak nyeleneh." 

"Kenapa? Kamu bisa menjawab tentang kontribusi kamu di bidang legal, dan impian kamu di perusahaan itu selama lima tahun." 

Kendra meringis, membuat Erwin mengernyit. 

"Aku jawab menikah."

Tentu saja jawaban itu membuat mata Erwin membola. 

"Kamu jawab gitu? Terus? Mereka pasti memberimu umpan lagi kan?" 

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang