Happy satnight.
Ditemani Kendra dan Erwin yaaa.***
Hi Ken.
Ini Mas Erwin.Kendra berdebar, sekaligus juga terkikik geli, membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Pesan itu dikirim sepuluh menit yang lalu, saat dia masih sarapan di bawah dan membantu Mama mencuci piring.
Rasanya menggelikan, membaca pesan dari orang yang menyebut dirinya sendiri Mas. Menunjukkan kasta usia.
Hi Mas.
Saya save ya.Kendra duduk di kursi, menyandarkan punggung dan menunggu balasan apa lagi dari seberang, beberapa saat dia menatap layar ponselnya, pesan itu sudah terbaca, tapi tak ada balasan. Oh iya, astaga. Menyadari tujuan utama mereka komunikasi adalah perkara email, Kendra buru-buru menambahkan balasan dengan sebaris alamat surel.
Oke, thank you Kendra.
Habis ini dikirim.Hanya itu, setelahnya tak ada lagi obrolan. Erwin benar-benar menghubunginya untuk urusan pekerjaan, tidak lebih. Menyadari kebodohannya, Kendra mendorong keningnya sendiri. Memang dia siapa berharap lebih?
Gadis itu sekali lagi mendesah, memejamkan mata, meraba arti perasaannya. Apakah hanya sepintas saja? Tertarik hanya karena fisik? Atau karena kecerdasannya? Atau kagum saja karena melihat dengan mata kepala sendiri, Pria di usia muda, sudah mengendalikan perusahaan sendiri, seperti cerita-cerita dalam drama korea, atau dalam novel romance yang sering dibacanya di wattpad?
Entah. Tak ada jawaban, dia belum tahu jawabannya. Pertanyaan yang sering ditanyakan pada dirinya sendiri, sejak pertama bertemu Pria itu.
"Mungkin bisikan setan, karena aku sudah terikat dengan seseorang, jadi diombang-ambing," gumamnya sendiri, "sebaiknya aku fokus dengan Mas Erik."
Mengingat Pria itu, Kendra kembali mengecek pesannya. Masih sama, centang satu. Perasaannya menjadi tidak enak.
"Jangan-jangan, ada apa-apa sama dia."
Kendra mencoba menghubungi via panggilan, tetap tidak tersambung. Gelisah tiba-tiba merayap, takut terjadi apa-apa. Tapi mau menghubungi siapa?
Oh, media sosial. Kendra membuka aplikasi Facebook, dan dahinya mengernyit, karena begitu aplikasi terbuka, yang terpampang di berandanya adalah Erik, sedang berada dalam bingkai foto bersama teman-temannya, ditandai oleh Iren Maudy.
Foto itu seperti di restoran. Sedang makan-makan. Kendra menghela napas besar. Lega. Setidaknya foto itu menjelaskan kalau Erik baik-baik saja. Tidak mengalami luka, atau sakit.
Iseng, Kendra membuka akun Iren, sepertinya wanita itu tipe yang suka membagikan apapun di media sosialnya. Tiap hari dia membagikan kegiatannya di sana. Tanpa Erik perlu cerita nanti, Kendra sudah tahu kegiatannya apa saja di sana. Dari hari pertama.
Dahi Kendra kembali mengernyit. Menyadari sesuatu. Jarinya kembali me-scroll dari atas ke bawah, memeriksa satu persatu foto yang di upload Iren.
"Kok, dia selalu di sebelah Mas Erik ya?"
Dirundung penasaran, Kendra membuka kolom komen. Tak ada komentar yang mencurigakan, semua baik-baik saja.
Detik berikutnya, Kendra melonjak kaget, ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Sebaris nama yang memanggil membuatnya panik sendiri.
"Ha-Halo," sapanya gugup. Jantungnya nyaris meledak, tidak paham kenapa bisa merasakan semua itu.
"Ken, sudah saya email, cek ya, karena file-nya besar saya kirim pakai sendspace, kamu cetak A3, biar Papa kamu puas lihatnya, sorry, harusnya saya ke rumah, tapi dari kemarin masih lembur di kantor. Dan Papa kamu sudah penasaran banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Terbit)
RomanceKendra Audrya, mahasiswi Hukum semester akhir yang jatuh cinta pada sepupu tunangannya. Pria yang memiliki selisih usia 11 tahun itu bernama Erwin, si arsitek senior sekaligus mantan buaya yang tobat karena selamat dari kecelakaan maut. Kendra tetap...