Hi🙋♀️
Mama, adalah orang yang menatap dengan kernyitan yang dalam, ketika melihat putri satu-satunya, datang dengan seseorang yang bukan tunangannya.
Berbeda dengan Papa, kedatangan Erwin disambut suka cita, Pria paruh baya itu merasa sangat cocok sekali, apalagi, melihat putrinya diantar pulang dengan selamat, sampai rumah. Meski sejujurnya juga bertanya-tanya dalam hati, kemana Erik?
"Ayo masuk, ngopi dulu." Papa memaksanya masuk rumah. Erwin menolak, beralasan sudah malam, dan dia harus istirahat karena besok pagi kembali ke Surabaya dengan bus paling pagi.
Papa mengucapkan berkali-kali terima kasih, sambil mengantar Pria itu masuk ke dalam taksi online yang tadi mengantar dari terminal Arjosari.
Sementara Kendra, dia sudah masuk rumah sejak tadi. Dengan Mama yang terus mengekor di belakang.
"Kok Mas Erwin Ken? Mas Erik kemana?" tanya Mama heran, Kendra menoleh sekilas, meletakkan tasnya di meja, lalu mengambil pembersih wajah.
"Sibuk Ma, tadi Mas Erwin yang nyusul ke terminal, soalnya desain bengkel Papa ketinggalan, lupa enggak kubawa, begitu tahu Kendra pulang sendirian, Mas Erwin memutuskan mengantar, takut kenapa-napa di jalan."
Mama tampak tak percaya, Kendra paham, karena Mama memang menyukai Erik, Pria itu pandai mengambil hati orang tua.
"Kalau Mama enggak percaya ya gak papa."
"Lagi bertengkar sama Mas Erik?" tanya Mama sabar, mencoba menyelami hati putrinya.
"Meskipun misalnya kami beneran bertengkar, apakah benar membiarkan calon Istri pulang malam-malam sendiri Ma?"
Mama terdiam. Ponsel Kendra berdering, pasti Erik. Dia berjalan melihat benda pintar itu yang tersimpan di dalam tas. Benar ternyata. Nama pria itu yang muncul di layar.
Kendra masih malas ngomong. Merubah mode ponsel menjadi silent, biar saja dia memanggil sampai ponsel habis daya.
"Istirahatlah." Mama akhirnya berdiri, menepuk lembut bahu putrinya dan keluar kamar. Memilih untuk tidak banyak bertanya lagi.
Kendra menghela napas panjang, menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Rasanya lelah, tapi menyenangkan. Menghabiskan waktu dengan Erwin dalam perjalanan pulang, membuatnya senyum-senyum sendiri.
Jantungnya kembali berdebar, teringat kejadian saat tangannya disentuh Pria itu. Tak bisa didefinisikan perasaanya. Meski sentuhan itu hanya sebentar. Namun, efeknya lama. Apalagi dengan wajah yang saling berdekatan, aroma parfumnya bahkan terasa belum hilang dari indra penciumannya.
Aku bisa gila lama-lama.
Kendra bangkit, hendak mencuci muka dan mandi air hangat. Berharap rasa pegal bisa hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Terbit)
RomanceKendra Audrya, mahasiswi Hukum semester akhir yang jatuh cinta pada sepupu tunangannya. Pria yang memiliki selisih usia 11 tahun itu bernama Erwin, si arsitek senior sekaligus mantan buaya yang tobat karena selamat dari kecelakaan maut. Kendra tetap...