"Ya Ampun Kendraaaaaaa, kenapa siiiiiiih?" Sisil, yang tak puas mendengar cerita Kendra semalam, menyempatkan mampir sepulang kerja. Menarik gemas kedua pipi sahabatnya begitu mereka masuk kamar.
"Apa siiih?" Kendra bertanya heran, dengan suara tak jelas karena kedua pipinya ditarik. Tak ada hujan, tak ada angin, sahabatnya tiba-tiba muncul dan emosi.
"Gila kamu, diajakin cowok kece merit, kenapa kelamaan mikir? Iyain aja napa? berangkat ke KUA, SAH, bisa hohohihe gak pake mimpi."
Kendra langsung menarik mulut Sisil yang cablak gak ada obat, untung saja mereka di kamar, kalau mama sampai dengar bisa runyam.
"Katamu jangan mudah percaya."
"Kamu gak sepolos itu deh Ken, apa sih yang bikin kamu kebanyakan mikir?" Sisil meletakkan tas di meja dan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, "cerita yang detil, apa yang membuatmu bikin Mas Erwin nunggu?"
"Kan semalam aku udah cerita Siil."
"Gak jelas, tiba-tiba kamu putus gara-gara ada telepon dari Bebebmu. Makanya aku kesini."
Kendra meringis, ikut naik ke atas tempat tidur.
"Menurutmu, dia gimana?"
"Ganteng, aku gak bisa menilai subyektif tentang sifatnya, karena baru sekali ketemu saat wisuda, tapi dari attitude kelihatannya baik. Dari cerita-cerita kamu juga kesimpulanku ke arah sana, lagian, bukannya kamu jatuh cinta duluan sama dia? kenapa saat dia membalas, kamu maju mundur gini?"Sisil bangun, duduk bersila menatap sahabatnya, menanti jawaban.
"Mas Erwin itu, tipe-tipe cowok yang dimana aja bakal kelihatan stand out Sil, kayak tokoh cowok-cowok wattpad yang irresistible, usianya juga mateng, finansial stabil, aneh dan gak masuk akal saja, kalau sampai mengajakku menikah. Aku belum nemu alasan yang logis disini. Apa yang dia lihat dari aku? "
"Heh, Markonah!" Sisil dengan gemas menarik pipi Kendra, "dimana-mana, cewek bakal histeris ditembak cowok model kayak Mas Erwin, gak usah capek-capek ngepet, jajan bulanan aman, lha kamu? Yang namanya cinta itu gak bisa dinalar Kendra sayaaaaang."
Kendra terkikik melihat sahabatnya yang geram melihatnya.
"Malah ngikik, kalau gak mau, buat aku sajalah."
"Emang Mas Erwin mau?"
"Asem!"
Kendra terbahak lagi, "bentar ya, aku ambilin minum dulu." dia beranjak turun, dan tak lama kembali dengan nampan berisi dua gelas lemon tea dan setoples cookies bikinan Mamanya.
ART hanya ada sampai sore hari, membantu beberes rumah, nyuci dan setrika. Selebihnya Kendra dan Mamanya yang handle.
"Aku bukannya gak mau Sil, cuma butuh waktu saja." Kendra menyodorkan nampan itu, agar Sisil bisa mengambil minumannya.
"Thanks."
"Your welcome." Kendra meletakkan nampan di meja. "Hubunganku dengan Mas Erik lumayan bikin mikir juga kalau mau memulai relationship lagi, apalagi kemarin Iren cerita hal yang benar-benar diluar dugaanku."
"Kamu percaya sama omongan Iren?" Sisil menyesap minumannya, lalu meletakkan di atas meja.
"gak terlalu juga sih, tapi pasti ada sebagian ceritanya yang benar, karena Mas Erik juga memutar cerita di depan Tante Yuli dan kakaknya, soal putusnya kami." Kendra mengedikkan bahu,
"Mas Erik gimana sekarang?"
"Kata Mas Erwin udah balik tadi pagi, udah ketemu Mamanya juga di rumah sakit, hari ini aku gak kesana, kehadiranku cuma bakal bikin rumit, apalagi… mas Erik selalu menuduhku punya hubungan sama Mas Erwin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Terbit)
RomanceKendra Audrya, mahasiswi Hukum semester akhir yang jatuh cinta pada sepupu tunangannya. Pria yang memiliki selisih usia 11 tahun itu bernama Erwin, si arsitek senior sekaligus mantan buaya yang tobat karena selamat dari kecelakaan maut. Kendra tetap...