35

18.1K 2.3K 281
                                    


Selamat membaca.

***

"Alhamdulillah akhirnya punyak." 

Kendra bertepuk tangan pelan dan gemas sendiri saat petugas counter telepon seluler membongkar dus salah satu brand yang baru saja mengeluarkan model terbaru—tipe Z flip, warna purple. 

Erwin yang duduk di salah satu kursi tinggi, di depan etalase hanya menopang dagu, memperhatikan kehebohan yang ada di sebelahnya. 

"Tahu gak sih, aku sudah mengincar tipe ini waktu pertama kali keluar. Tabunganku gak cukup, untung Papa kasih tambahan, gak papa deh, potong gaji kasir." Kendra cekikikan, menunggu tak sabar pegawai counter mencoba fitur-fitur ponsel, dan menunjukkan padanya. 

Mas-mas pegawai counter itu tersenyum saja, memperhatikan tingkah Kendra, sesekali menatap manik mata kecoklatan di depannya, sambil menjelaskan masing-masing fitur berfungsi dengan baik. 

Kendra manggut-manggut antusias, saat Mas counter hendak menyodorkan earphone pada Kendra, Erwin keburu menyambar dan memasangnya sendiri di telinga gadis itu. Gerakan yang tiba-tiba itu, cukup membuat Kendra maupun si Mas counter terkejut. 

"Normal kan? Cepat dibungkus Mas," titahnya tegas. Pegawai itu hanya meringis, memasukkan kembali segala printilan ke dalam dus, sementara ponsel cantik itu sudah ada di tangan Kendra. 

"Galak banget kakaknya, Mbak." 

Erwin melotot sebal, sementara Kendra yang tengah asyik mencoba ponsel barunya tertawa cekikikan. Untung saja si Mas nya sudah berlalu, kalau enggak sudah pasti akan mendengar omelan sepanjang jalan kenangan. 

Kendra menepuk pelan lengan Erwin, menyuruh turun dari kursi, lantas menuju kasir. Pria itu mengikutinya, dan hanya saling bersitatap tajam dengan pegawai counter yang menyerahkan tas berisi dus ponsel pada kasir.

"Sudah dibilangin, jangan mudah senyum dan tertawa di depan pria lain." Erwin menggandengnya keluar counter, yang ada di salah satu Mal khusus barang elektronik di Surabaya. 

"Ya masa aku harus merengut terus Mas, jangan berlebihan deh." 

Eh ini anak. Erwin hendak mengomel, tapi ya sudahlah. Dia lagi males ribut. 

"Kalau mau ponsel itu, kenapa gak bilang Mas sih?" 

Keduanya berjalan pelan, karena Kendra masih asyik mengeksplor ponsel barunya. Tangannya tak ingin digandeng seperti tadi, karena sibuk utak-atik ponselnya.

"Enggak ah, belum nikah juga. Aku anti minta cowok." Senyumnya merekah, "aku jadi kayak Jin Ha Kyung deh."

Dahi Erwin mengernyit, "Siapa itu?"

"Itu lho, Park Min young, yang main di drama Forecasting love and Weather, ponselnya kan gini, lawan mainnya Song Kang."

"Siapa? Kejengkang? Pak meong?"

 Hadeh! Kendra berhenti melangkah, menatap sebal Erwin yang wajahnya memang terlihat sungguh-sungguh bertanya karena tidak tahu.

"Sudahlah." Kendra malas menjelaskan, dijelaskan toh mana paham juga, "itu nama drama korea." cukup begitu saja, daripada buang-buang energi.

Erwin manggut-manggut. "Memang sama yang dulu, enggak pernah minta?" tanyanya lagi, kembali ke topik, dia lebih penasaran tentang konsep memberi dan menerima ala Kendra sebelum menikah, dibanding drama dengan nama pemain aneh yang tadi di dengarnya.

"Sama Mas Erik?"

"Memang mantanmu ada berapa?"

"Dua, satu waktu SMA cinta monyet, yang dua Mas Erik, emangnya Mas Erwin, mantannya rentengan kayak jajan turbo."

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang