15.

18.9K 2.6K 132
                                    

"Permisi."

Kendra mengangkat wajah, mengalihkan pandangan dari ponsel. Sepasang muda-mudi hendak lewat. Namun, terhalang kakinya yang selonjor. 

"Oh, iya." Kendra memperbaiki duduknya. Pasangan muda-mudi itu lewat dengan bergandengan tangan, duduk di sebelah kanannya. Sepertinya pasangan yang dimabuk asmara. Setelah duduk pun, sambil menunggu, keduanya ngobrol dengan jarak dekat. 

Kendra tersenyum geli, teringat kalau dia jalan dengan Erik pun kadangkala bergandengan. Rupanya bergandengan tangan gak bisa jadi patokan sedang di mabuk asmara. Menyadari itu, Kendra menghela napas besar. Merasa telah menipu Erik. Jangan-jangan, Erik mendua pun karena merasa tak menemukan cinta darinya. 

Entahlah.

Kendra memasukkan ponsel, setelah mengabari Mama kalau akan pulang terlambat. Ingin menikmati waktu healing sendirian. Mama mengizinkan, dan memberi wejangan panjang supaya hati-hati. Kecerewetan yang pasti nanti akan dirindukannya, jika dia merantau. 

Sambil menunggu pembukaan film, iseng Kendra melihat siapa saja yang baru masuk bioskop, mengamati mereka yang terlihat menarik sampai duduk di kursi masing-masing. Hingga matanya membola, melihat seseorang muncul dengan popcorn di tangan. 

"Lho Ken?" Pria itu juga tampak terkejut. 

"Mas Win?" Mata Kendra dengan cepat memastikan siapa yang berdiri di belakang Pria itu. Tak dikenalnya, mereka justru menunggu Erwin duduk karena menghalangi jalan. 

"Sendirian?" tanya Kendra heran, campur kaget, karena Pria itu justru duduk di sebelahnya. Kok bisa kebetulan begini? Duduk di sebelahnya pula. 

"Iya, sama siapa memang? Kalau Kamu?" Gantian, Erwin memastikan siapa yang duduk di sebelah kanan Kendra. Melihat kalau yang  duduk bukan Erik, Erwin mengernyit, "sendirian juga?" tanyanya tak percaya. 

"Iya, sama siapa memang?" 

Erwin tertawa, mendapat balasan kalimat yang sama, Kendra meletakkan jari telunjuk di bibirnya sendiri. Kode meminta tenang, karena film sudah mulai. 

"Popcorn." Pria itu meletakkan di tengah. "Minumannya cuma satu, buat kamu saja." tangannya menyodorkan minuman kekinian. 

"Eh gak usah." 

"Gak papa." 

Mereka berdua ribut sendiri, membuat orang yang duduk di depan mereka menoleh, kompak keduanya meringis, dan kembali duduk tenang, diam menatap layar lebar di depan mereka. 

Jantung Kendra berdebar, rasanya seperti mimpi. Nonton berdua sama Mas Erwin? Hmm aroma parfumnya membuat panas dingin. 

"Beneran sendiri?" tanya Erwin pelan, seolah masih tak percaya. 

Kendra mengangguk, "Mas Erwin juga? Weekday, masih di Malang?" dia menoleh, tapi dengan cepat kembali pura-pura melihat film di depannya. Rasanya takkan sanggup berlama-lama bersitatap. Apalagi dalam jarak dekat.

"Habis meeting dengan klien, mampir ke eiger, terus pengen nonton." 

Oh. Bisa kebetulan gitu ya? 

"Sendiri?" Kendra masih memastikan, barangkali saja rame-rame dengan temen kantor, tapi rasanya gak mungkin. Anak buahnya yang ramai itu, pasti sudah ngintili di belakang, bikin ribut. (ngintili = mengekor)

Dan jangan lupakan, sekretarisnya yang heboh dan memanggilnya Erwin ku sayang. Sayangnya, dia belum sempat berkenalan dengan mereka, hanya mendengar via telepon, itu saja hanya sekali. Entah kenapa, dia benar-benar  ingin sekali mengenal, orang-orang heboh itu. 

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang