"Kendra saja Ma, gak papa kok."
Mama menatapnya ragu, "yakin Nak?"
"Iya, lebih baik, Kendra yang sampaikan sendiri ke Tante Yuli."
Mama menghela napas besar, lantas mengangguk. Kemarin, putrinya sudah bercerita hasil pertemuannya dengan Erik. Syukurlah tidak terjadi hal yang buruk. Kendra pulang dengan selamat, bahkan, dia bisa melihat dengan jelas, putrinya terlihat lega dan ceria. Seolah terbebas dari pasungan.
"Janjian dimana?" Mama bertanya sambil menyiapkan sarapan.
"Di rumahnya Ma."
Mama manggut-manggut, dalam hati, jantungnya ikut berdebar. Satu sisi, dia mulai bisa menilai, kalau putrinya tumbuh lebih dewasa, satu sisi lain, dia tetap cemas. Biarlah sudah, diberikannya Kendra kesempatan menyelesaikan urusannya sendiri. Nanti, dia juga akan mengajak Mama Erik bicara, sebagai sesama orang tua.
Lantas, setelah sarapan, Kendra memacu motornya menuju rumah mantan tunangannya itu. Dengan jantung berdebar, dan banyak doa. Dia ingin menyelesaikan dengan damai. Mengakhiri semuanya dengan baik, tak perlu basa-basi, langsung ke inti. Cukup menyampaikan alasan yang sama, tak perlu mengungkit soal wanita lain yang memiliki hubungan entah apa dengan Erik. Dia tak mau, dianggap mengadu.
Tante Yuli tentu saja menyambut senang meski heran. Namun, suasana berubah dalam hitungan menit, ketika Kendra menyampaikan maksud kedatangannya. Mata wanita paruh baya itu, mendadak berkaca-kaca.
Kendra meminta maaf, benar-benar meminta maaf pada wanita di depannya. Karena tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini ke jenjang lebih serius.
"Ini enggak ada hubungannya dengan teman Erik kan?" tanya Tante Yuli sedih.
Kendra mengernyit, "teman yang mana?" tanyanya heran. Mereka duduk di teras belakang rumah.
"Erik pernah mampir ke rumah, bareng teman kerjanya, katanya mereka baru rapat di Malang, lalu mampir rumah sebentar, sebelum balik ke Surabaya."
"Teman? Perempuan?"
Tante Yuli mengangguk, "sekretarisnya katanya, Tante minta hati-hati dalam bersikap. Jangan bikin perempuan salah paham."
Oh sekretaris? Setahu dia Iren bukan sekretaris deh, katanya anak baru di bagian promosi. Masa ada lagi yang lain?
"Erik hanya tertawa, katanya, dia setia sama kamu."
"Kapan kejadiannya Te?"
"Udah lama sih, tapi memang rapat, karena Erik kirim foto-foto kegiatannya hari itu ke Mama."
Aneh, Erik kan di HRD, emang ada rapat di Malang? Kok dia baru tahu. Apa training buat karyawan dan di letakkan di kota ini ya? Kok jadi sering banget training karyawan.
"Gak sih Te, ya murni Kendra ingin mengejar mimpi dulu, kalau dipaksa menikah dalam waktu dekat, Kendra belum siap, kasihan Mas Erik kalau nunggu lama."
"Kamu….gak sedih Nak? Apa Tante bantu bilang sama dia, supaya mau menunggumu?"
Kendra menggeleng, dengan senyum yang lembut.
"Enggak perlu Te, kami sudah bicara soal ini kemarin, Kendra harap, Tante bisa menghormati keputusan Kendra ya." gadis itu meraih tangan wanita paruh baya di depannya, "meski hubungan Kendra dengan Mas Erik tak bisa berlanjut, Kendra harap… silatrrahmi tidak terputus ya Te, hubungan Tante sama Mama jangan berubah, gara-gara kami yang bandel ini."
"Ah Kendra, Tante peluk ya." wanita paruh baya itu merentangkan kedua tangan. Kendra menenggelamkan diri dalam pelukannya. Sayang sekali, padahal dia sangat menyukai gadis ini. Benar-benar disayangkan, dia ingin menolak, tapi... Melihat ketulusan dan kelembutan Kendra, hati dan mulutnya tak bisa berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Terbit)
RomanceKendra Audrya, mahasiswi Hukum semester akhir yang jatuh cinta pada sepupu tunangannya. Pria yang memiliki selisih usia 11 tahun itu bernama Erwin, si arsitek senior sekaligus mantan buaya yang tobat karena selamat dari kecelakaan maut. Kendra tetap...