32

17.3K 2.4K 342
                                    

Dan rupanya, soal pilihan ganda itupun datang begitu cepat. Tanpa perlu Kendra susah-susah memutar otak demi melihat keseriusan pria itu. Hanya berselang dua hari setelah acara kondangan mewah yang mereka datangi, bahkan euforianya masih tersisa di hati Kendra—menjadi pasangan pria itu, dan dikenalkan pada rekan-rekan bisnisnya yang semuanya meledek karena jelas terlihat sekali jarak usia mereka. Pilihan ganda itupun datang, bukan hanya untuk Erwin, tapi juga untuk dirinya. 

Telepon dari bagian rekrutmen itu sudah berakhir lima belas menit yang lalu, saat Kendra menemani Mama menjenguk Tante Yuli di rumahnya. 

Semenjak keluar dari rumah sakit, Mama memang rajin mengunjungi sahabatnya, dan dengan siapa lagi kalau bukan dengan dirinya yang mengantar. Untung saja, Erik masih tidak diizinkan menginjakkan kaki di rumah ini, sehingga dia tak perlu emosi ketika tak sengaja melihat pria itu. Rasanya masih menjengkelkan saja, dan membuatnya eneg untuk ketemu. 

Kendra menghembuskan napas. Menatap bunga-bunga yang ada di halaman depan, Mama dan Tante Yuli ada di dalam. Kondisi Tante Yuli berubah 180 derajat, jalannya melambat, dan perlu pegangan, cara bicara juga terpatah-patah, meski kondisinya ini sudah jauh lebih baik. Wajahnya yang dulu cerah dan selalu bersemangat, berubah drastis terlihat 10 tahun lebih tua. Melihat itu rasanya miris, tapi sekarang bukan saatnya melankolis, ada kondisi urgen yang harus disampaikannya pada Erwin. 

Mas

Dikirimkannya pesan pada pria itu,di jam kerja. Saat otaknya masih memikirkan kalimat tambahan. Pesan itu sudah centang dua biru, dan Erwin tengah mengetik.

Meeting.

Haish!
Singkat jelas padat. Kendra mengembuskan napas lagi. Tak mungkin mengajaknya ngomong serius dalam kondisi kesibukannya yang padat. Mereka baru jadian itungan minggu, dia belum tahu seperti apa kemarahan pria itu jika kesibukannya terganggu. 

Tangannya mulai mencari kontak Ella, dan mengirimkan pesan.  

Mbak, kalau Pak Erwin
sudah terlihat selow, kabari ya. 

Tak lama, pesan balasan masuk. 

Siyap bosque. 
Kenapa? Udah kangen yaaaaaa

Dih, malah meledek. Belum sempat Kendra membalas, Ella sudah mengiriminya lagi pesan. 

Doi lagi meeting di luar. Sama Haidar. 
Nanti kukabari kalau udah balik. 

Mbak gak ikut? 

Enggak, aku di kantor. 

Oh! Kendra mengetuk-ngetukkan jarinya di bagian samping ponsel. 

Oke, kabarin kalau sudah balik ya.
Urgen. 

Siap

Kendra sekali lagi menghembuskan napas besar. Dia butuh second opinion sebelum ngobrol dengan Erwin, maka jalan ninjanya adalah Sisil. Tanpa pikir panjang, dia mengajak gadis itu makan siang di cafe dekat kantor Sisil. Melirik jam tangan, lalu bergegas masuk. Mama kalau sudah mengunjungi sahabatnya, bisa sore baru pulang, tak apalah ditinggal sebentar.

***

"Daebak!" Sisil nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya. Setelah kemarin dia histeris karena sahabatnya pasang story foto bareng Judika dan Lyodra, sekarang dia dibuat terpekik tak percaya, karena Kendra lolos tahapan administrasi seleksi penerimaan pegawai baru salah satu BUMN. 

"Aku juga kaget Siiil, sumpah aku gak nyangka, nekat doang." 

"Beruntung banget sih, terus gimana?" 

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang