30

20.7K 2.4K 274
                                    

Jangan lupa mandi ya. Sudah sore.
Perbanyak doa dan amalan sunnah, karena hari ini malam nisfu Sya'ban..
Semoga kita, bisa menjalani Ramadhan dengan sebaik-baiknya nanti ya.

Selamat membaca
***

"Kamu kenapa?" Erwin bertanya heran, ketika Kendra lebih banyak diam ketika dia bertandang ke rumahnya di Sabtu pagi. Memilih pagi sebagai waktu ketemuan, karena keduanya sama-sama malas menikmati malam minggu yang teramat sangat ramai dimana-mana.

Entah cafe, entah bioskop, entah Mall, apalagi jalanan, ketika malam minggu bikin sumpek! Rasa-rasanya, bagi Kendra, Malang sepi ketika libur Lebaran saja, karena mayoritas, penghuni kota ini memang pendatang. 

"Mau jalan hari ini?" keduanya duduk di teras, tempat ternyaman, yang mulai menjadi saksi perjalanan keduanya saling mengenal. 

"Mau, ayo, lagi spaneng aku." 

Kendra berdiri, hendak mengambil tasnya di kamar, meninggalkan Erwin yang tertawa kecil. Mungkin baginya lucu, melihat Kendra yang tak banyak kesibukan, mengeluh spaneng. Dia tidak tahu saja, omongan Erik sudah membuat Kendra nyaris tak bisa tidur semalaman.

Rasanya terlalu mengada-ngada jika perselingkuhan Erik yang kebablasan dengan Iren, karena faktor dirinya yang menyukai pria lain. Lagipula, perasaannya pada Erwin hanya dipendam sendiri, tidak terucap, tidak pula dirupakan dalam bentuk tindakan. Selingkuh itu kalau sudah ada bentuk tindakan yang mendukung perasaan kan? 

Lagipula, siapa juga yang mendorong Erwin beberapa kali menemaninya? Erik kan? Kenapa jadi dia yang dituding sebagai penyebab semuanya? 

Orang toxic, bukannya tobat malah nyalahin orang. 

Kendra sibuk ngedumel di dalam hati, melupakan pria yang sejak tadi memperhatikannya. Erwin membiarkan saja, menebak, mungkin saja gadis ini bosan karena waktunya lebih banyak habis di rumah, tidak ada kesibukan yang menguras pikiran. Jadinya stress. 

"Mau kemana?" 

Saat lampu merah, dia menoleh, dan lagi-lagi Kendra tak menyahut, masih tenggelam dengan pikirannya sendiri, dengan tangan terlipat di depan dada, mata lurus ke depan, dahi berkerut dan mulut manyun, hingga tak mendengar pertanyaan itu. 

Erwin mengusap leher belakangnya, merasa dikacangin. Lantas memilih jalan aman, fokus menyetir saja, pengalamannya selama ini membuktikan, kalau cewek di mode seperti ini, lebih baik dibiarkan dulu, kalau enggak, salah dikit bisa-bisa nyembur seperti naga. 

Mobil terus melaju, meski masih pagi, tapi jalanan arah keluar Kota Malang mulai padat. Kendra tak tahu mau dibawa kemana, tapi dia percaya saja, kalau Erwin tidak akan membawanya ke tempat yang aneh-aneh. 

Hingga mobil berbelok ketika berada di Lawang, barulah Kendra tahu, kemana mereka menuju. Kebun Teh Wonosari, Lawang. 

"Better?" Erwin bertanya ketika mereka sudah berjalan menyusuri kebun teh yang hijau dan sejuk. Kendra menghirup sebanyak-banyaknya oksigen yang terasa sangat segar di pagi hari ini. Aroma teh memenuhi rongga hidungnya, juga dinginnya udara. Mengurai keruwetan pikirannya.

"Mayan." Kendra menoleh dan meringis lebar, senyuman manis yang menular pada pria di sebelahnya, "mantan playboy emang pro kalau urusan cari tempat kencan." 

Erwin terbahak, mengacak rambutnya lalu menggandeng gadis itu. Kendra ngedumel, dengan tangan kiri dia rapikan kembali rambutnya yang berantakan. Sementara tangan kanannya berada dalam genggaman pria itu.

"Kalau ada masalah, itu ngomong, jangan dipendem sendiri." Erwin mengajaknya berjalan, menyusuri jalanan yang memasuki kawasan kebun teh. Berhubung masih pagi, belum banyak pengunjung yang memenuhi wisata ini. Suasana jadi tenang dan teduh. Seharusnya suasana seperti ini, pas sekali kalau digunakan untuk foto-foto. 

Bittersweet [Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang