Happy reading yuu😉
☃️
"Lo harusnya bersyukur ada banyak orang yang peduli sama Lo! Bukannya pesimis dan berasumsi 'Kalo lo ngerepotin lah! Nggak guna lah!' karena nyatanya itu cuma sebatas asumsi tanpa aksi"
🙏Kaira Ardita Septiani👣
Farren membuka matanya perlahan dan setelahnya dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Lalu melihat ke arah sesuatu yang menutup mulut dan hidungnya. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya hingga dia bisa sampai disini. Bukannya ingat kepalanya malah terasa sangat sakit.
"Sshh sakit banget njir!" Lirihnya dengan memijit-mijit pelipisnya dengan tangannya yang masih lemas.
Bersamaan itu masuk seseorang yang membuatnya menghentikan gerakan tangannya dan berganti memicingkan matanya mencoba menebak siapa yang telah masuk ruangannya karena orang itu memakai topi dan masker hitam.
Saat sudah berada di samping brankar, orang itu membuka maskernya dan seketika itu wajah Farren menegang.
"Hai boy! Kau masih mengingatku?"
"Lo mau apa?" Ucap Farren datar.
"Ah. Sepertinya kau bukan tipe orang yang suka basa-basi. Kalau begitu aku to the point saja. Aku hanya ingin kau tahu. Kalo sekarang hidupmu sudah tidak berguna lagi"
"Maksud lo apa heh?"
"Kedua kakimu sudah tidak berfungsi lagi. Dan sudah dapat dipastikan kalau kamu pasti akan sangat merepotkan orang tuamu nanti" Ucap orang itu santai yang membuat emosi Farren memuncak. Dia beringsut hendak turun brankar setelah melepas masker oksigennya. namun seketika itu dia tertegun saat dia tidak bisa menggerakkan kakinya sedikitpun.
"Lihat? Aku tidak berbohong kan?" Ujar orang tersebut dengan menyeringai.
"Nggak mungkin! Ini nggak mungkin!" Pekik Farren dengan suara bergetar.
"Tapi itu kenyataannya. Kau sudah tidak berguna lagi. Mending kau mati saja daripada jadi beban orang tuamu!" Sinis orang itu sambil tersenyum remeh.
"Tutup mulut Lo bangsat?! Argghh!" Pekiknya antara marah dan panik ditambah kepalanya yang berdenyut sakit.
"Mau aku bantu untuk mengakhiri hidup anak tidak berguna sepertimu?" Bisiknya yang membuat Farren mendorong kasar orang tersebut hingga terjatuh ke lantai.
"Pergi Lo dari sini! Pergi!" Usir Farren dingin dengan suara seraknya sambil menahan sakit kepala dan sesak yang tiba-tiba menjalar dalam rongga dadanya.
Bersamaan itu masuk seorang dokter dan perawat yang membuat orang itu berjalan cepat menghampiri dokter tersebut.
"Dok..to.. tolong saya dok. Anak itu mengamuk" Drama orang itu yang membuat dokter tersebut menatap kearah Farren yang nampak mencengkeram kuat kepalanya dengan nafas terengah-engah dan merintih kesakitan.
Dengan sigap dokter itu menghampiri Farren. Dan bersamaan itu orang asing tersebut keluar dari ruangan tersebut.
"Hei. Tenang nak! Rilekskan dirimu! Hirup napas dalam-dalam dan keluarkan pelan-pelan" Farren mengikuti instruksi sang dokter dengan berkala. Dan akhirnya dia bisa bernafas normal meskipun sakit kepalanya masih sedikit terasa.
"Sudah lebih baik?" Tanya sang dokter lembut. Farren mengangguk lemah.
"Ya sudah. Lebih baik sekarang kamu istirahat lagi. Saya akan berikan obat pereda nyeri di cairan infus kamu. Untuk sedikit menetralisir rasa sakit di kepalamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends FACT [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Teenfiction-Friendship-Romance -🤝- Tetaplah nyata... Sebagai sahabat yang selalu ada di saat suka ataupun duka.. Tetaplah setia... Walau suatu saat ada luka yang aku torehkan.. Atau... Bila kau tak lagi bisa.. menjadi sahabat yang kupin...