Dua Puluh Sembilan: Terungkap!

18 4 0
                                    


Next

👇

"Balas dendam adalah kobaran api yang membakar para pelaku pembakaran."
✍️Max Lucado

🏃

Tak terasa tiga Minggu telah berlalu cepat, dan seiring waktu pula sedikit demi sedikit. Selangkah demi selangkah. Farren sudah mulai bisa menggerakkan kakinya bahkan lebih cepat dari ekspektasi sang dokter.

Kini dia bisa berjalan sendiri meskipun sedikit terseok. Tapi bagi dokter itu merupakan suatu hal yang sangat hebat.

Dilain sisi, keberadaan Calvin masih misteri tidak ada seorangpun yang tahu dimana keberadaannya. Dan yang paling membuat teman-temannya khawatir adalah hilangnya dia bersamaan dengan keadaannya yang pastinya sangat hancur berantakan.

Hingga suatu malam

Diruang rawat Farren.

Farren memasukkan beberapa bajunya kedalam koper karena esok hari dia sudah diperbolehkan pulang dan melakukan perawatan jalan.

Setelah selesai berbenah dia merebahkan tubuhnya berniat untuk beristirahat. Namun, acara rebahannya terganggu oleh adanya chat masuk dari seseorang.

Bang Andwee🙃:
Temuin gw di rooftop RS. Gw ada info ttg kecelakaan Lo dlu!

Me:
Otw

Usai membalas dia mengantongi ponselnya lalu dengan malas dia berjalan menuju lift dan menekan angka tertinggi.

Sesampainya di rooftop.

Farren celingukan mencari keberadaan Andre. Bukannya menemukan Andre dia justru menemukan sesosok nenek Lampir. Eh bukan njir!

Maksudnya seorang wanita paruh baya yang menyeringai lebar sambil berjalan menghampirinya.

Bukannya takut, Farren justru tersenyum miring.
"Jadi benar. Kalo Lo sama bang andre berkolaborasi buat bunuh gue" Ucap Farren enteng.

Ada sedikit keterkejutan di raut wajah wanita tersebut, namun dia buru-buru mendatarkan ekspresinya kembali.

"Dan nampaknya kau sudah terlambat untuk menyadarinya. Karena setelah ini kau akan hanya tinggal sebuah nama" Balas wanita itu yang sudah berdiri tegak dihadapan Farren sambil menyeringai kecil.

Prok! Prok! Prok!

Usai bertepuk tangan tiga kali muncul sepuluh orang berperawakan kekar dengan berbagai macam senjata ditangan mereka. Balok, golok, gesper, dan rantai. Mereka membundar mengelilingi Farren.

"Apakah kau tidak ingin mengucapkan kata-kata terakhir boy?"

"Hidup mati orang ada di tangan Tuhan bukan ditangan nenek Lampir"

"Kau! Kau tidak akan bisa menang ataupun mencari bantuan! Karena kita sudah menutup semua akses menuju rooftop ini"

Farren mengangguk santai Lalu terkekeh kecil.

"Gue merasa sangat terhormat kalau bisa mati di tangan orang se-pecundang Lo!" Ejek Farren dengan tersenyum remeh.

"Dasar bajingan! Kalian! Cepat habisi anak brengsek ini tanpa sisa! Kalau perlu mutilasi tubuhnya dan berikan kepalanya pada Mira!"

"Owh. I'm so affraid madam!" Sahut Farren dengan ekspresi pura-pura takut.

"Sialan! Cepat habisi dia!"

Dalam sekali hentak kesepuluh orang itu menyerang Farren.

'BRUKK'

'Prakk!'

Friends FACT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang