8

209 10 0
                                    


__________________________________________________
Tandai typo


Saat ini Asa dan Adam sedang di perjalanan pulang menuju rumah sedari Pesantren Al-Karim. Lima menit perjalanan kini Moge Adam sampai di rumah.

"Dek? Papa jam segini belum pulang?" tanya Adam kala melihat jam menunjukkan pukul lima sore.

Asa menaruh helm di lemari khusus helm lalu menoleh ke arah Adam, "Biasanya sih setiap pulang ngantor, Papa nemenin Mama, Bang."

Adam hanya mengangguk, sebelumnya ia sudah menjenguk sang Mama, tepatnya tadi malam hingga pagi.

Asa dan Adam memasuki rumah yang di sambut oleh Mbak Olis yang sedang menyapu.

***

Senin pagi ini Asa sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia celingak-celinguk mencari Adam, tapi tak terlihat juga. Bahkan, Papanya juga tak terlihat, sepertinya Papanya itu masih berada di Rumah sakit.

Asa terlihat gelisah, niatnya ia ingin meminta Adam untuk mengantarnya sekolah, karena ban belakang motornya yang bocor. Kalau pun ia menaiki angkot, pasti akan terlambat, jika ia menaiki ojek itu tidak akan mungkin. Karena di provinsinya ini tidak ada yang namanya ojek, grab, atau kendaraan yang berjenis online.

Mbak Olis mengerutkan kening heran kala melihat Asa yang mondar-mandir di dekat tangga. "Non Asa kenapa? Mau cosplay jadi setrika ya, soalnya mondar-mandir mulu dari tadi."

Asa berhenti lalu berjalan kearah Mbak Olis yang memegang ember berisi baju basah. "Mbak Olis lihat Abang gak? Ban motor Asa bocor, jadi rencana minta anterin biar cepet sampe sekolah."

"Mas Adam dari semalem kan ke rumah sakit pas Non Asa tidur. Mungkin belum pulang, " jawab Mbak Olis.

Asa membuang napasnya panjang, "Yaudah Mbak, makasih. Assalamualaikum warrohmatullah hiwabarokatuh." salam Asa dan berlalu menuju garasi setelah Mbak Olis menjawab salamnya.

Asa baru menyadari bahwa motor Adam tidak ada, sepertinya Adam benar-benar pergi ke rumah sakit semalam. Asa memandang motor sport milik Papanya, "Masa sih gue pake itu ..." monolognya menatap tak percaya ke arah motor itu.

Asa melirik jam tangannya, seketika matanya membulat. "Waduh! Lima belas menit lagi upacara mulai nih!" heboh Asa membuang napas kasar, "Nggakak ada cara lain!" pungkasnya lalu berlari ke kamar untuk mengganti celana legingnya menjadi celana olahraga.

Tak lama kemudian ia sampai di garasi. Asa merogoh ponselnya, berniat mengirim pesan pada sang Papa untuk meminjam motornya.

Kemudian ia meraih kunci motor sport itu lalu ia memakai helm full face. Asa mengendarai motor sport itu dengan kecepatan di atas rata-rata, dengan lihai ia menyalip melewati beberapa pengendara yang melintas di jalan itu.

Beberapa pengendara takjub dengan aksi yang di lakukan Asa. Mereka tahu bahwa motor itu di kendarai oleh Perempuan, terlihat kerudungnya yang lumayan panjang berkobar akibat tiupan angin kencang saat ia melajukan motor itu.

Sepuluh menit perjalanan kini Asa sudah sampai di parkiran sekolah. Banyak pasang mata yang menatapnya takjub. Tanpa Asa sadari, tak jauh dari tempatnya sedang memarkirkan motor ada Kafi yang sedang menatapnya.

Kafi benar-benar terkejut dengan motor yang di kendari Asa. Pasalnya, para siswa di SMK ini tidak ada yang menggunakan motor sport, kebanyakan sih motor KLX.

Kini Asa sudah menjadi tontonan para siswa. Mereka jelas-jelas sama terkejutnya dengan Kafi. Mereka tidak menyangka bahwa pengendara motor sport itu adalah perempuan, di tambah yang ternyata perempuan itu adalah Asa. Primadona di SMK ini.

Asa berlari ke arah toilet yang berada di dekat parkiran berniat untuk mengganti celananya menjadi rok. Tak lama kemudian, Asa berjalan ke kelasnya.

"Asa!" pekik seseorang dari belakangnya. Asa membuang napas kasar, saat ia sedang terburu-buru, ada saja iblis yang menghalangi langkahnya.

"Hosh hosh hosh, capek woy! Di panggilin malah ninggalin!" dengus orang itu yang ternyata adalah Dion, teman sekelasnya.

Asa tak memperdulikan Dion dan lebih memilih melanjutkan langkahnya. Bagi Asa, Dion adalah salah satu manusia yang harus di jauhinya. Karena lelaki yang satu ini sangat-sangat menyebalkan.

Dion menyamai langkahnya dengan Asa, "Aelah, Neng! Cepet amat jalannya." dengus Dion yang di balas lirikan sinis dari sang empu kemudian melangkahkan kakinya memasuki kelas.

Asa memijat pelipisnya kala mendengar keributan di kelasnya itu, "Kayak pasar loak aja ni kelas." ringisnya lalu menaruh tasnya.

"Asa?" celetuk Laras yang membuat Asa terlonjak kaget.

Laras memukul bahu Asa pelan, "Gitu aja lo kaget!" ledek Lara.

Asa membuang napasnya kasar, "Kenapa?" tanyanya lalu melirik para sahabatnya yang lain yang berjejer berdiri di belakang Lara.

"Mau ke perpus balikin buku, lo ikut nggak?" tawar Lara, ia tahu bahwa sahabatnya yang satu ini sangat menyukai berkeliling sekolah.

Asa mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Baru saja mereka berjalan selangkah, namun ...

"Yang mau kemana!?" pekik Latif kala melihat Fani hendak keluar kelas bersama para sahabatnya.

Fani yang mendengar pekikan itu lalu memberi tatapan mematikan untuk Latif. "Sekali lagi lo teriak! Gue jual lo sama ke orang empeng-empeng!" geram Fani lalu berjalan cepat seraya menarik para sahabatnya keluar kelas.

"Sabar bro." celetuk Reki seraya menepuk bahu Latif.

Latif menatap datar Reki lalu mengelap bahunya yang bekas di tepuk Reki barusan. "Kaya tangan gue najis aja, Tif!" dengus Reki.

"Emang," enteng Latif lalu menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya di meja.

~••~

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang