Menyesal pun akan percuma
Karena dirimu kini tak lagi ku genggam
Kafi__________________________________________________
Tandai typoHari Senin pukul 06:13.
Perlahan mata cantik Asa terbuka. Tidak sengaja selepas solat subuh tadi ia tertidur di atas sajadahnya, dengan masih lengkap menggunakan mukenahnya.
"Astagfirullah! Aku ketiduran lagi!" kaget Asa menepuk jidatnya.
Dengan segera ia membuka mukenahnya, tak lupa ia merapikan alat solatnya dan menaruhnya kembali di tempat biasanya berada.
Asa melirik jam weker di atas nakas yang menunjukkan pukul 06:20 pagi, "Aku harus cepat, jam tujuh dua puluh gerbang pasti udah tutup."
Ia berjalan menuju lemarinya lalu mengambil seragam sekolah. Tak butuh waktu yang lama, kini Asa sudah rapi dengan seragam sekolanya, dan tak lupa dengan kerudungnya.
Asa bercermin lalu membenarkan ciputnya yang terlihat sedikit miring. Asa tersenyum tipis melihat penampilannya.
Asa mengambil tas sekolahnya lalu berjalan menuju ruang makan.
***
Terlihat seorang pemuda sedang menyantap sarapan paginya dengan nikmat. Pemuda itu adalah Kafiandrea Biantara Gema. Anak dari Tuan Fero, seorang Jaksa terkenal dan Nyonya Vira, seorang Dokter umum di suatu rumah sakit swasta.
Kafi adalah anak bungsu, ia memiliki dua kakak perempuan, yang pertama bernama Nara Alkifa, berprofesi sebagai Dokter Bedah di suatu Rumah Sakit. Nara sudah menikah dan di karunia satu anak laki-laki, bernama Refaniel Agrio dan suaminya bernama Rafa Driga yang berprofesi sebagai pilot. Dan yang kedua, Rea Arita yang berprofesi sebagai guru di suatu SMA swasta yang berada di luar kota, ia belum menikah, namun ia sudah bertunangan dengan seorang Dosen di suatu kampus swasta.
"Fi? Nanti Ayah sama Bunda ke luar kota, kamu jangan melalak kemana-mana ya?" peringat Vira mewanti-wanti anak bungsunya itu.
"Kalo di bilangin jangan diem aja, Fi!" tegur Fero sang Ayah, kala Kafi hanya diam tak menjawab.
Bagaimana Kafi bisa menjawab? Jika mulutnya saja penuh dengan makanan. Dengan cepat Kafi menelan makanannya, lalu meneguk air mineral itu dengan cepat.
Ia membuang napas kes lalu menatap orang tuanya bergantian, "Gimana Kafi mau jawab? Lha wong cangkem-me wae penuh!" dengusnya.
Fero dan Vira hanya mengangguk setuju mendengar penuturan Kafi.
***
Terlihat Kafi sedang menyagak motor kesayangannya itu yang berjenis KLX sesampainya di parkiran sekolah. Kemudian, ia melepas helmnya.
Netra mata Kafi terkunci pada seorang gadis yang berjalan santai menuju kelasnya dengan memegang susu kotak bermerk milo dengan rasa coklat.
Gadis itu adalah ... Asa. Ya, Asa mantan kekasihnya, Asa yang ia sia-siakan demi orang yang ia sukai. Ia menyia-nyiakan Asa yang tulus padanya demi obsesinya pada gadis lain, dan kini ... Ia sangat menyesali kebodohannya itu.
Kafi tersenyum tipis kala melihat tingkah gadis itu yang menunduk seraya sedikit membungkukkan badannya sopan saat menyapa beberapa guru di lewatinya.
Mereka sudah memutuskan hubungan sejak akhir semester kelas 10. Saat itu, Asa sangat terlihat dengan sifat absurdnya, sering berbaur dengan para teman jurusan lain dan para guru lainnya. Dan Asa yang ia kenal dulu tidak secantik sekarang, tidak sesopan sekarang, tetapi ia masih melihat keramahan dan kedewasaan gadis itu dari dulu ia kenal hingga sekarang.
Lamunan Kafi buyar kala seseorang tiba-tiba menepuk bahunya. Kafi menoleh ke samping, memastian siapa yang telah mengacaukan lamunannya yang ternyata adalah sahabat sejak kecilnya bernama Latif Gusain.
Latif adalah teman sekelas Asa. Mengapa Latif berbeda jurusan dengan Kafi? Alasannya, Latif tidak berminat di jurusan tekhnik, ia lebih tertarik dengan jurusan yang berbau uang. Katakan saja, Latif ini mata duitan.
Sebenarnya Latif barusan tahu, bahwa sahabatnya itu diam-diam sedang memperhatikan Asa, teman sekelasnya dan juga ... Gadis yang juga ia cintai. Namun, terpaksa ia ikhlaskan demi sahabatnya, Kafi. Satu hal yang harus kalian tahu, Latif adalah salah satu orang yang mencomblangi Kafi dengan Asa.
Sebenarnya, hati Latif sangat-sangat sakit ketika Asa menerima Kafi sebagai kekasihnya. Tapi ia bisa apa? Sedangkan saat itu, ia sedang menjalani hubungan asmara dengan teman sekelasnya juga yang bernama Ilfani Sarta atau dipanggil Fani, yang menjabat sebagai sahabat Asa sendiri.
Mengapa Latif bisa berpacaran dengan Fani sahabat Asa? Pada semester satu, Asa pernah sebulan tidak masuk sekolah karena sedang sakit, yang Latif pun tak tak tahu apa sakit Asa. Jangankan Latif para sahabat dan orang terdekat Asa saja tidak tahu apa sakit gadis itu, bahkan para teman mereka sempat berpikir bahwa Asa sudah pindah sekolah.
Dan semenjak sebulan itulah, Latif menjadi dekat dengan Fani beralaskan rasa nyaman.
"Malah bengong lo disini," canda Latif menepuk bahu Kafi.
Kafi menatap datar sahabatnya itu, "Pergi lo!" kesalnya.
Latif tertawa keras, sehingga dirinya menjadi perhatian para siswa, "Sensi amat lo, kaya cewe pms aja!" ledek Latif membuat Kafi semakin mendatarnya ekspresinya.
"Ck. Mending gue ke kelas ajalah!" dengus Latif memandang kesal Kafi, dan berlalu menuju kelasnya.
Kafi membuang napasnya lelah, lalu berjalan menuju kelasnya yang yang melewati kelas Asa. Kelas Asa berada di lantai bawah, tepat di depan kelas Asa ada tangga yang menghubungkan kelas TKJ (teknologi komputer jaringan), kelas BUTIK (busana butik), kelas Multimedia, lab Multimedia lab TKJ, lab Butik, lab Tkc (Tata kecantikan) UPW (usaha perjalanan wisata) dan aula.
Langkah Kafi terhenti sesampainya di tangga yang mengarah lurus pada jendela kelas Asa, terlihat gadis itu sedang di ganggu oleh teman laki-laki sekelasnya yang bernama Riza.
"Kasian," gumam Kafi kala melihat Asa yang mengabaikan Riza yang mengganggunya. Kemudian Kafi melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
~••~

KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Ficção AdolescenteAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...