17

173 9 0
                                    

Tandai Typo
__________________________


''Tidak bisa!'' tegas Galang setelah Abi Daud mengutarakan niat baik putranya.

Tangan Gus Alzan semakin panas dingin setelah mendengar ucapan Galang barusan.

''Saya tidak ingin menikahkan putri saya saat ini, putri saya masih sekolah dan saya ingin ia fokus pasa pendaftaran kuliahnya dan beesenang-senang dengan masa mudanya tanpa ada status pernikahan yang membuatnya harus membatasi waktu dengan dunianya.'' tegas Galang lalu menoleh ke arah Alzan yang menunduk.

''Alzan? Jika kamu ingin perjodohanmu dengan putri saya, silahkan menunggu dan datang kembali tiga tahun lagi di saat ia sudah benar-benar  berpikir dewasa. Dan di saat itu tiba jawaban saya pun tergantung pada Asa.''

''Apa kah kau siap? Jika kau tak mampu menunggu silahkan saja khitbah perempuan lain yang mampu merebut hatimu.''

''Saya siap, Om. Dan saya akan kembali tiga tahun lagi.'' tegas Alzan dengan mantap.

***

Asa mengelap tangan sang Mama menggunakan tisu basah. Setelah membersihkan sang Mama, Asa membuang tisu-tisu itu ke tong sampah berukuran kecil yang terletak di pojok ruangan.

Asa duduk di samping bangku brankar Lita mengusap punggung tangan wanita itu. ''Mama mau sampe kapan tidur terus? Mama nggak kangen sama Asa, Abang dan Papa? Nanti kalau Asa udah nggak ada gimana? Apakah Asa harus pergi dulu biar Mama bangun?''

''Asa udah bertekad untuk menghapus semua tentang Kafi, Asa mau lebih mendekatkan diri lagi ke Allah. Selama ini Asa masih jauh dan jalan Asa enggak sepenuhnya ke arah jalan Allah.'' lanjutnya Lalu menoleh ke arah jendela yang mengarah pada deretan gedung-gedung menjulang tinggi.

''Besok surat kontrak dari penerbit tiba, dan setelahnya cerita yang Asa tulis akan terbit. Tepat dua bulan setelah Asa putus dari Kafi, Asa memiliki ketertarikan untuk menulis novel. Dan salah satu impian Asa tercapai. Awalnya Asa nulis novel hanya untuk pelampiasan agar lupa dengan rasa sedih dan perasaan ini. Tapi, semakin kesini Asa semakin mulai tenang tanpa di hantui masa lalu.''

Asa tersenyum ke arah sang Mama yang sekilas menggerakkan jarinya. Ini sudah biasa terjadi, terkadang saat Lita di ajak mengobrol Lita dapat mereapon lewat pergerakan jari-jarinya.

''Semua tentang Kafi udah Asa singkirkan, semua foto kita juga udah Asa buang karena jika terus di pertahankan apa pun yang menyangkut dengannya itu tak kan baik.'' jedanya lalu minum sejenak kala lehernya merasa haus.

''Asa juga semalam dapat kabar, kalau Bang Ikmal sudah bertunangan dengan perempuan yang di jodohkan oleh kakeknya. Asa semakin lega dengan semuanya, Ma. Enam minggu lagi Asa lulus, tetapi ... Hanya Asa yang ini berkuliah disini,  sedangkan temen-temen ingin kuliah di luar. Abang nggak izinin Asa kuliah di luar, Ma. Bang Dam Dam sangar menjengkelkan.''

Asa menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya di samping sang Mama hingga perlahan mata cantiknya mulai terlelap.

***

Ceklek!

Pintu ruang Lita di buka oleh Galang. Galang menatap Asa yang sedang tertidur nyenyak di samping sang istri lalu berjalan ke arah sang istri.

Galang mengecup sekilas kening Lita lalu duduk di samping brankar bersebrangan dengan Asa berada. Galang tahu betul watak Asa ketika tidur sangat sulit terbangun kecuali getaran gempa. Bahkan jika ia berteriak pun bisa jadi gadis itu tetap nyenyak dalam lelapnya.

Galang menggenggam tangan sang istri dan mengusapnya lembut, ''Tadi Abi Daud serta Alzan putranya datang ke rumah berniat meminang putri mu. Tapi, aku tak mengizinkannya karena ia masih terlalu kecil dan kekana-kanakan untuk menjalin hubungan serius.''

''Aku meminta mereka untuk datang tiga tahun lagi jika mampu. Tetapi jika ada perempuan yang membuatnya tertarik tak apa.''

Galang kemudian terdiam menatap wajah tenang sang istri, ''Kapan kamu bangung, sayang? Apakah kau tak lelah membaringkan tubuh selama ini? Aku dan anak-anak masih sangat membutuhkan mu di sisi kami. Ku mohon cepat lah bangun.''

***

''Sepertinya rasa sakitmu mulai berkurang karena sering mengonsumsi obat yang saya berikan. Obat itu mampu meredakan rasa sakit dan menghambat penyebaran kanker.'' jelas Dokter Anggi.

Wamita itu sangat senang saat Asa kembali menemuinya setelah sekian lama tak menemuinya yang membuatnya khawatir.

Asa tersenyum lalu mengucapkan terima kasih dan salam untuk pamit, setelah itu ia membuka pintu ruangan Anggi.

Tepat saat ia membuka pintu ruangan itu, dari kejauhan Galang melihatnya dengan alis yang bertaut penasaran dengan apa yang di lakukan Asa memasuki ruangan Dokter yang ia ketahui itu dokter spesialis khusus menangani pemyakit  kanker.

Ia mengedikkan bahunya lalu ksmbali ke ruang rawat samg istri.

Sedangkan Asa ia berjalan menuju tamam rumah sakit yang berada di belakang gedung ini. Taman rumah sakit adalah tempat terfavoritnya karena selain asri dan adem disini juga minim kebisingan dari jalanan.

o0o

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang