23 END

906 26 1
                                    


Tandai typo
________________

Prang!

Gelas berada di atas meja Galang terjatuh ke lantai hingga pecah karena tak sengaja tersenggol lengannya.

Ia memegang dadanya karena degub jantungnya berdetak cepat. Tiba-tiba saja perasaannya tak enak.

''Anda tidak papa, Pak?'' tanya sekretarisnya yang di balas gelengan olehnya.

Drrrt! Drrt! Drrt!

Ponselnya bergetar. Dengan segera ia meraih ponselnya yang berada di atas meja.

Ia mengernyitkan dahi bingung kala melihat username si penelepon yang ternyata adalah Alzan.

''Halo?'' ucap Galang setelah menggeser ikon hijau itu.

''Assalamualaikum O-Om. Sa-saya-''

''Kau ini bicara apa?'' potong Galang.

''Om? Asa ... kecelakaan dan sekarang sudah di tangani Adam di IGD.''

JDER!

Bagaikan tersambar petir Galang kini seakan tak bisa bernapas.

Ponsel di tangannya spontan terjatuh dengan segera ia meraih kunci mobil di atas mejanya dan berlari ke luar ruangannya membuat sekretarisnya menatap heran bercampur bingung pada atasannya itu.

Saat ini Galang mengendarai mobilnya dengan menggila. Para pengendara lain berteriak kala ia membunyikan klakson terus-menerus membuat pengendara lain terganggu.

''Oooh shit!'' umpatnya kala ia hampir saja menabrak seorang pengendara motor.

Sesampainya di area rumah sakit ia memarkirkan mobilnya dengan asal di halaman rumah sakit itu kemudian ia berlari ke arah IGD.

Namun ... ia di kejutkan dengan seorang dokter wanita yang menangis histeris di depan ruangan IGD dengan Alzan berjongkok seraya menutup wajah dengan kedua tangannya.

''Alzan?'' panggil Galang membuat pemuda itu bangkit dari duduknya.

''Asa kirim salam sayang untuk Om, Tante dan Adam. Om boleh masuk, Adam juga ada di dalam.'' ucap Alzan.

Dokter wanita yang berada di depan IGD menyingkir, dokter tersebut adalah Dokter Anggi yang pernah menangani sakit Asa. Ia tadi terkejut melihat Asa di atas brankar saat rurun dari ambulance.

Galang terdiam lalu dengan langkah pelan memasuki IGD.

Jantungnya seakan berhenti berdetak melihat betapa kacaunya Adam dengan bahu bergetar  seraya memeluk Asa di atas brankar. Ia yakin bahwa yang di peluk Adam adalah Asa.

Dengan tangan bergetar Galang menyentuh bagu bergetar Adam. Yang Adam lakukan saat ini hanya mampu memeluk Asa dengan tangis tanpa suara.

Perlahan Adam melepas peluknya dan menyingkir memberi ruang untuk Galang.

Kini Galang dapat melihat wajah pucat penuh luka Asa dengan mata terpejam. Ia menoleh ke arah Adam yang menatap dengan sendu di sertai air mata yang terus mengalir.

''Sekarang Adek udah tenang, Pa.'' lirih Adam.

''Apa maksud kamu, Adam!'' sentak Galang lalu menatap sang putri yang terbaring tanpa nyawa.

''As-Asa sayang? I-ini Papa nak ... '' lirih Galang dengan tangan bergetar menyentuh pipi kiri Asa yang halus dan lembut tanpa luka berbanding terbalik dengan pipi kanannya yang sudah memperlihatkan kulit dalam wajahnya.

''Asa? Asa bangun, nak. Ini Papa di depan Asa.'' lirih Galang mengusap rambut sang putri.

''Asa marah ya sama Papa? Asa marah kan sama Papa karena Papa abaikan Asa, Papa janjni sayang nggak akan abaikan Asa lagi. Maafin Papa ya sayang.'' lirih Galang dengan tangan bergetar mengusap pipi kiri Asa yang dingin.

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang