Tandai typo
___________________
Tiga tahun lebih sudah Asa meninggalkan Indonesia demi melanjutkan pendidikannya di Harvard University, Amerika.
Terlihat Asa sedang menyeret kopernya menuju keluar bandara. Gadis itu kini terlihat lebih dewasa dan anggun dengan abaya berwarna hitam di pakainya.
Banyak pasang mata tertuju padanya, gadis itu kini hidup semakin baik. Salah satu hal yang ia syukuri adalah ia benar-benar mampu melupakan Kafi sanf mantan kekasih, tak ada lagi bayang-bayang Kafi dalam ingatannya selama lebih dari setahun ini.
Selama dua tahun lebih ini ia berusaha istiqomah agar terus berada di jalan yang di ridhai Allah. Ia sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan di masa lalu, saat ini ia hanya mampu berdoa dan memohon ampun pada sang kuasa.
Ia memasuki taksi yang sudah di pesannya lu mengarahkannya ke arah rumah sakit di mana sang Mama masi tertidur panjang.
''Terimakasih, Pak. Ini uangnya.'' ucap Asa memberi ongkos pada supir taksi itu.
Kemudian ia memasuki rumah sakit itu dan berjalan ke ruangan di mana sang Mama sedang di rawat selama tujuh tahun lebih ini.
Ceklek!
Ia membuka pintu ruangan itu yang masih sama seperti sebelum ia pergi.
Selama tiga tahun lebih baru hari ini lah ia pulang. Seminggu yang lalu adalah hari kelulusannya, tak ada yang menemaninya hanya teman-temannya di sanalah yang menemaninya.
Penyakit kanker yang di deritanya pun mulai turun stadiumnya. Selama ini ia sangat bersemangat untuk menyembuhkan dirinya di sana. Ia sangat ingin melihat Mamanya kembali membuka mata.
Tak perlu di tanyakan lagi mengapa tak ada yang mengunjunginya. Adam selama dua minggu ini sangat sibuk dengan pekerjannya di tambah sehari sebelum kelulusan Asa, sang Mama kembali drop hingga membuat Galang tak mampu meninggalkan sang istri.
Galang maupun Adam tak tahu jika dirinya kan pulang hari ini, ia hanya berniat memberi kejutan pada keduanya.
''Assalamualaikum, Ma? Asa pulang, Mama nggak rindu sama Asa? Maaf ya selama ini Asa belum bisa pulang. Asa berhasil mendapatkan nilai terbaik di sana, dan kini Asa kembali dan akan menemani Mama.'' ucapnya pelan seraya mengusap punggug tangan sang Mama.
''Asa seneng ... banget. Dua minggu lalu Bang Dam Dam ngabarin Asa kalau Mama gerakin jari. Asa selalu berdoa supaya Mama cepat bangun dan lihat Asa sukses seperti harapan Mama.''
***
''Sebelumnya saya minta maaf sama, Om. Karena dua tahun lalu saya tidak datang seperti apa yang Om katakan pada saya tempo lalu karena saya masih melanjutkan pendidikan saya di mesir. Dan saya akan menepati janji saya, kan saya bahagiakan putri, Om. Akan saya jaga, saya sayangi seperti Om menyayanginya, akan saya bimbing ia menuju jannah-Nya. Kan ku penuhi kebutuhannya baik batin dan materinya. Maka, izinkan saya, Alzan Rayyan Faidan untuk melamar putri anda Asa Shakella Albiru untuk ku jadikan istri dan ibu dari anak saya kelak!'' ucap Alzan di hadapan Galang yang terdiam.
Ia pikir pemuda di hadapannya ini tak akan kembali setelah tak melihatnya selama setahun ini. Ia bingung antara memgucap iya atau tidak.
''Mengapa kau begitu menginginkan putri saya untuk kau nikahi?'' tanya nya.
Alzan membuang napasnya perlahan, ''Karena saya mencintai Asa karena Allah, saya tak ingin perasaan ini terus terbelenggu di hati saya yang akan berakhir dosa. Maka dari itu saya meminta izin pada Om untuk menghalalkan Asa.'' tegas nya tanpa ragu.
Galang mengangguk puas. Sebenarnya ia setuju-setuju aja jika Asa Alzan, ia sangat yakin hanya Alzan yang pantas untuk Asa.
''Kau bisa datang kembali setelah Asa pulang dari Amerika.''
Alzan mengerutkan dahi bingung, 'Amerika?' batinnya bingung.
Galang menghela napas perlahan melihat raut kebingungan Alzan, ''Putri saya melanjutkan pendidikannya di Harvard University.''
Spontan penuturan Galang terakhir membuat Alzan terkaget. Pasalnya pemuda itu baru mengetahuinya dan orang tuanya pun tak memberi tahunya, ada terselip rasa bangga di hatinya mendengar penuturan Galang barusan.
''Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!'' salam Asa memasuki pintu ruang utama.
Spontan Galang san Alzan menoleh ke arah pintu utama dengan raut terkejut. Terlebih dengan Galang yang tiba-tiba melihat Asa dengan koper di tangannya, pasalnya gadis itu tak memberi tahunya akan pulang hari ini.
''Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ... '' jawab Alzan dan Galang bersamaan.
Asa yang awalnya mengira rumah sepi karena tak melihat kendaraan di depan rumah spontan menoleh ke arah Galang dan Alzan.
Dengan langkah pelan Asa menghampiri sang Papa lalu menumpukkan lututnya di depan Galang yang duduk di atas sofa lalu ia mencium lama punggung tangan itu, padahal sang empu tidak menyodorkan tangannya.
''Assalamualaikum, Pa? Papa apa kabar? Sehat kan? Asa kangen banget sama Papa.''
Galang terdiam menatap Asa yang menampilkan raut wajah sendu. Sebenarnya ada terselip easa rindu pada putrinya itu, namun gengsinya lebih besar dari rasa rindu itu.
Galang benar-benar terpaku melihat Asa yang semakin dewasa dan ... semakin mirip dengan istrinya.
''Pa?'' panggil Asa kala melihat Galang yang hanya terdiam menatapnya.
Galang tersentak kemudian mengangguk sebagai jawaban. Asa yang paham lalu tersenyum lembut kemudian bangkit sebentar ia tersenyum mengangguk ke arah Alzan. Begitu pun Alzan tersenyun mengangguk balik padanya kemudian menatap Galang yang juga menatapnya.
''Biarkan ia beristirahat terlebih dahulu setelah perjalanan jauhnya.'' celetuk Galang.
o0o

KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Teen FictionAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...