__________________________________________________
Tandai typoPagi ini pukul tujuh lewat lima belas menit Gus Alzam sudah siap dengan pakaian Tsaub-nya berwarna hitam. Atau dikenal baju gamis pria muslim atau sering di sebut jubah yang bentuknya adalah baju kurung dengan ciri khas kerah tegak dengan dua atau tiga kancing. Kemudian ia memakai parfum yang biasanya ia pakai.
Terlihat kali ini ia tidak memakai peci ataupun sorbannya, dan ia tidak ada alasan untuk itu, hanya ingin saja kali ini ia tidak memakainya.
"Loh, Al? Mau kemana kok buru-buru?" tanya Gus Hanif kala melihat Gus Alzam berjalan terburu-buru keluar ndalem.
Gus Alzam menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Gus Hanif, "Mau ke SMK **** Mas."
"Loh ngapain?" bingung Gus Alzam.
"Ada suatu hal yang akan di bahas untukp kegiatan keagamaan di hari kamis nanti, Mas. Dan Al di minta sebagai pengisi kajiannya nanti. Dan kebetulan pagi ini ada kajian rutin setiap paginya yang diisi oleh siswa pergiliran kelas." ucap Gus Alzam.
Gus Hanis hanya ber-oh ria saja. "Yaudah kalo gitu Alzam pamit dulu, Assalamualaikum warrohmatullah hiwabarokatuh." salam Gus Alzam dan berlalu sesudah Gus Hanif menjawab salamnya.
Gus Alzam mengendarai motornya dengan kecepatan normal menuju salah satu SMK di kota ini.
Bercerita sedikit. Di provinsi paling barat ini adalah provinsi yang rata-rata mayoritas masyarakatnya beragama islam. Namun, masyarakat di provinsi ini juga ada yang beragama selain Islam, dan hal itu tidak membuat masyarakat saling menjatuhkan.
Dan di kota tempat tinggal Alzam adalah kota yang paling dingin di banding kota di provinsi ini. Karena kota ini di kelilingi oleh gunung-gunung menjulang tinggi dengan kota padat dan indah di tengahnya. Siapa pun akan tau jika di tanya dimana letak kota dingin ini. Karena kota lain juga tau, bahwa kota yang ia tinggali ini satu-satunya kota yang dingin di provinsi ini.
Di provinsi ini, sangat gampang mengenali agama islam dan non islam. Karena setiap perempuan muslimah di provinsi ini menggunakan kerudung, dan yang tidak memakainya sudah pasti bukan perempuan muslimah.
Tak lama Gus Alzam mengendarai motornya kini ia sampai di SMK negeri ini. Kedatangannya di sambut hanya oleh satpam dan para guru yang sepertinya sudah menunggunya.
Satpam itu mengarahkan Gus Alzam untuk memarkirkan motornya di parkiran khusus para guru. Gus Alzam berbincang sebentar dengan para guru itu, sekedar menjawab salam dan menanyakan kabar.
Kemudian salah satu guru yang biasa di panggil Pak Tio mengarahkan Gus Alzam ke lapangan tempat kegiatan rutin biasa dilaksanakan. Gus Alzam sedikit menundukkan pandangannya kala para siswi memandangnya penuh kagum, dan ia juga mendengar bisik-bisik para siswi mengenai tentangnya dengan perasaan memuja.
"Silahkan duduk, Gus. " titah Pak Tio menyuruh Gus Alzam untuk duduk di samping para guru laki-laki yang beralaskan tikar.
Duduk para siswa, siswi dan para guru di bagi. Bagian kanan adalah para siswa dan di depannya adalah tikar khusus untuk para guru laki-laki, bagian kiri adalah tempat para siswi dan di depannya adalah tikar khusus para guru perempuan.
Gus Alzam mendongak kala seorang siswi yang mewakili kelas sebagai pengisi kajian rutin pagi mengucapkan salam. Sontak, ia membulatkan mata terkejut kala melihat siswi itu. Karena ia kenal betul siapa siswi itu yang ternyata ... Asa.
***
Kemarin Asa di tunjuk sebagai perwakilan kelas mengisi kajian rutin di setiap hari selasa pagi. Sebenarnya ia menolak, tapi jika ia menolak maka tidak akan ada yang mau mewakili kelas untuk kajian pagi ini.
Jadilah, dengan rasa berat hati ia menerima permintaan para teman sekelasnya yang menunjuknya sebagai perwakilan kelas pagi ini.
Dan saat ini Asa sudah berdiri di depan mengahadap para siswa siswi dan para guru. Ia sangat gugup berada di posisi ini, karena kini seluruh atensi orang yang berada di hadapannya sedang menatapnya.
Mata Asa membulat kala Pak Tio lewat di hadapannya dengan Gus Alzam yang berada di sampingnya.
'Gus Alzam disini? Ngapain? Waduh, bisa tambah gugup nih gue!' batin Asa menjerit.
Asa melirik Uguy dan Hikam yang sedang melambaikan tangan kearahnya. Asa meringis kala melihat tingkah keduanya. Jujur, ia sangat malu saat ini.
Asa kembali mengedarkan pandangannya ke arah sebelah kanan, tempat para sahabatnya yang sedang memberinya semangat. Dalam hati Asa berteriak, 'Gue gugup woy!'
Asa mengedarkan pandangannya kembali, dan matanya terpaku dengan seseorang yang juga sedang menatapnya tenang. Orang itu ... adalah Kafi, dengan segera ia memutuskan pandangannya.
~••~
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Teen FictionAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...