__________________________________________________
Tandai TypoJam pertama di kelas Asa kosong, Ahmad selaku ketua kelas mengatakan bahwa guru yang mengajar sedang ada urusan. Hingga suara bel berdentang menandakan waktu istirahat telah tiba. Asa yang sedang mengemasi barang-barangnya di kejutkan dengan suara teriakan dari para siswa yang berada di lapangan.
"Weh! Ada apa woy rame bener!" histeris Aca si cempreng dan centil.
"Lihat kuy!" celetuk Lina.
"Kuy lah!" timpal Yulis.
"Ngikut woy!" Pekik Ridho berlari mengejar Aca, Lina dan Yulis.
Reki menyenggol Agam yang sedang mengemasi alat tulisnya. "Temen lo tuh!" tunjuk Reki dengan dagunya.
Latif menoleh ke belakang lalu menoyor Reki, "Temen lo juga bego!" sarkasnya di angguki Agam.
"Gue jadi penasaran. Kuy lah!" Latif menarik kerah baju Reki dan Agam. Reki dan Agam mendengus sebal dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini.
Asa masi diam memperhatikan para teman sekelasnya yang berbondong-bondong keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi.
"Gue denger, Kafi lagi berantem sama Uguy," celetuk seorang siswi saat melewati kelas Asa.
"Gue denger-denger sih karena masalah pribadi gitu deh," timpal siswi di sebelahnya, kemudian dua siswi itu berlalu menuju lapangan.
Asa mengerutkan kening, "Uguy? Bukankah ... mereka musuhan? Ngapa main bareng?" monolog Asa. Seketika Asa membulatkan mata, "jangan-jangan ... ?" histeris Asa dalam hati.
Uguy adalah siswa kelas tiga jurusan Administrasi perkantoran tingkat 1. Uguy adalah salah satu incaran para siswi SMK ini. Para siswa dan siswi juga tahu, bahwa Uguy adalah sahabat Asa sejak kecil.
Lalu dari bangku barisan belakang ada sahabat Asa yang bernama Fani, Lara, Ririn dan Tria, berbeda dengan Risa dan Asa yang duduk di bangku paling depan.
Fani tiba-tiba teringat sesuatu lalu seketika matanya membola kala mengingat sesuatu itu.
"Laras!" teriak Fani tertahan.
Lara yang sedang tertawa dengan Tria dan Ririn lalu menoleh ke arah Fani, "Kenapa?"
"Ayo ke lapangan!" desaknya.
Laras mengerutkan kening bingung, "Kenapa?" paniknya.
"Ck. Ayo cepet!" geram Fani lalu menarik ketiga temennya.
"Sa! Cepetan!" desak Lara menatap Asa yang menatapnya bingung.
"Kenapa?" celetuk Resa kala melihat para sahabatnya yang terburu-buru.
"Lo disini aja!" sarkas Tria, bisa berabe kalo Resa ikut. Karena Tria tau, bahwa Resa membenci perkelahian, kalaupun Resa tau para sahabatnya itu hendak melihat perkelahian Kafi dan Uguy, ia tidak akan ikut.
Resa hanya mengangguk patuh mendengar ucapan Tria. Ririn menyenggol lengan Tria, "Gitu kali ih ngomongnya," ucap Ririn yang di balas anggukan dari sang empu.
"Cepet ... " geram Fani. Dengan segera mereka berjalan cepat ke lapangan, tempat dimana Kafi dan Uguy sedang berkelahi.
"Ini nggak ada yang misahin gitu? Salah sekolah ni juga, bikin gedung khusus guru radak jauh dari lapangan, makanya ada keributan gini nggak ada yang tahu." gerutu Ririn.
"Bisa diem nggak, Lifo!" delik Tria.
Ririn tersenyum kecut, "Iya, Fifo."
Asa, Lara dan Fani hanya memutar bola mata mereka jengah hingga langkah mereka terhenti di pinggir lapangan.
Napas Asa memburu karena melihat perkelahian sengit antara Sahabatnya dan mantan kekasihnya. Asa celingak-celinguk menatap sekiling lapangan yang hanya menonton dan sesekali menyemangati idola mereka masing-masing.
Asa menggeleng tak percaya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan mereka semua yang tidak ada niatan melerai keduanya. Sebenarnya, sebelum Asa dkk sampai di lapangan ada yang melerai keduanya tapi naas, malah yang mencoba melerai keduanya yang kena tonjokan.
Asa menatap teduh Kafi yang sedang baku hantam. Sekelebat, kenangan indah mereka terlintas.
"Waduh! Gimana nih?" bingung Lara menggigit jarinya.
"Ini si Latif mana lagi! Bukannya tu temennya di pisahin!" gerutu Fani.
"Seru ya, Rin!" celetuk Tria menyenggol lengan Ririn.
"Iya, uy!" timpal Ririn seraya memandang Kafi dan Uguy yang sedang baku hantam.
Asa memijit pelipisnya yang terasa pusing. Ia membuang napas kasar lalu berlari kearah Kafi dan Uguy.
"Berhenti!" bentak Asa di hadapan Kafi dan Uguy. Sontak, keduanya menghentikan aktivitas mereka lalu menoleh kearah Asa.
Banyak para siswa dan siswi bersorak karena keberanian Asa. Mereka semua tahu bahwa Kafi adalah mantan kekasih Asa dan Uguy adalah sahabat Asa.
"Asa?" lirih keduanya.
"Kenapa?" dingin Asa bersedekap dada menatap datar keduanya. Situasi di sekitar lapangan menjadi hening.
Kafi memandang sayu Asa. Berbeda dengan Uguy yang memandang takut Asa. "Gini cara kalian menyeselesaikan masalah? Kekanak-kanakan tau nggak!" sarkas Asa.
"Orang yang dewasa tidak akan menyelesaikan masalahnya dengan otot tapi dengan otak. Oke, gue tau. Nggak semua masalah bisa di selesaikan dengan otak, tapi harus dengan otot. Tapi, gue yakin, masalah kalian itu masih bisa di selesaikan dengan otak."
Mereka yang berada di lapangan menatap kagum Asa. Mereka tahu, Asa adalah orang yang dingin dan hanya asik dengan orang terdekat ataupun orang yang menurutnya asik.
"Kalian gak malu sama mereka semua?" Asa mengedarkan pandangannya ke semua para siswa yang berada di sekeliling lapangan.
'Asa gue udah gede' batin Kafi tersenyum tipis menatap Asa.
'Maapin gue, Sa ... ' batin Uguy tersenyum miris dengan kepala sedikit menunduk.
"Asa?" khawatir Uguy dan Kafi kala melihat hidung Asa yang mimisan.
Asa mengerutkan keningnya dalam seraya memejamkan matanya, kemudian ia membuka matanya dan menatap sekeliling. Pandangannya perlahan-lahan mengabur, dan ...
Brugh!
Asa terjatuh.
"ASA!" teriak Kafi, Uguy para sahabat Asa dan para siswa kala melihat Asa terbaring di lapangan.
"Sa? Asa?" panggil Kafi seraya menepuk pelan pipi Asa kemudian menggendong Asa ala bridal style menuju UKS.
Dengan segera Uguy dan para sahabat Asa mengikuti langkah Kafi dari belakang. Mereka sama paniknya dengan Kafi kala melihat kondisi Asa yang sekarang.
~••~

KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Teen FictionAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...