16

166 8 0
                                    

Tandai typo
_________________


Galang selaku Papa Asa sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal. Setiap harinya ia selalu saja berada di kantor ataupun di rumah sakit menemai sang istri, bahkan masi bisa di hitung berapa kali ia pulang ke rumah.

Sesampainya di parkiran ia berjalan cepat menuju ruang Lita, sang istri. Galang menatap sendu Asa yang sedang tertidur seraya menggenggam tangan Istrinya. Jauh di lubuk hatinya, ia sangat-sangat menyayangi Putri Semata wayangnya itu, hanya saja rasa itu terhalang oleh rasa kecewanya dan gengsi karena kejadian beberapa tahun lalu.

Ia mendekati brankar, ia menatap khawatir Asa yang terlihat sangat pucat dengan mata terpejam.

"Euugh ... " Asa melenguh lalu menatap Galang sang Papa yang menatapnya datar  padahal ia tadi sempat melihat raut ke khawatiran sang Papa.

"Papa udah lama?" ucap Asa pelan karena tiba-tiba merasa sangat sakit di bagian kepalanya.

Galang hanya berdeham sebagai jawaban lalu menduduki sofa yang berada di pojok ruangan.

Asa menghela napas lelah lalu tersenyum manis, "Asa pulang dulu ya, Pa? Karena Mama udah ada temennya." lalu menatap Sang Mama, "Asa pulang dulu ya, Ma? Nanti deh Asa jenguk lagi. Mama cepet bangun, Asa pengen lihat Mama untuk umur Asa yang tidak tahu sampai kapan ini ... " ucap Asa pelan di akhir kalimat, tetapi Galang masih mampu mendengarnya walaupun samar-samar.

Galang melirik Asa dengan tatapan bingung. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksud ucapan anak bungsu itu.

Galang merlnatap ponselnya kala Asa menatapnya. "Pa? Asa pulang dulu ya? Papa jangan lupa makan, solat. " peringat Asa lalu menyodorkan tangan kanannya ke arah Galang berniat untuk menyalimi tangan Galang.

Tetapi, Pria paruh baya itu diam tak berniat menyodorkan tangannya untuk di salimi Asa. Asa tersenyum lalu menarik kembali tangannya. "Yaudah kalo gitu Asa pulang dulu, Pah. Assalamualaikum warrohmatullah hiwabarokatuh ... " salam Asa dan berlalu.

Galang menatap sendu pintu yang baru saja di tutup Asa lalu berjalan kearah brankar tempat terbaringnya sang istri tercinta.

Galang mengusap lembut puncak kepala Lita yang di lapisi kerudung instan berwarna abu-abu itu, "Cepat bangun sayang, aku butuh kamu disini. Aku tau, setelah bangun kau pasti akan memarahi ku habis-habisan atas sikap ku pada Putri kita. Maap ... aku masih marah dan kecewa padanya." lalu mengecup singkat puncak kepala Lita.

***

"Umi ... Abi ... '' ucap Gus Alzan seraya menatap kedua orang tuanya.

''Jadi ceritanya kamu mau bilang apa, Zan?'' tanya Abi Daud.

Gus Alzan menetralkan degub jantungnya lalu perlahan menarik dan menghembuskan napas perlahan.

''Al-Alzan ... Sebenarnya ... sedang menganggumi seorang perempuan Mi, Bi?'' ucapnya gugup.

Abi Daud dan Umi Sanum saling melirik lalu diam menunggu ucapan Gus Alzan selanjutnya.

''Perempuan itu Asa Mi, Bi. Alzan berniat mengkhitbahnya, dan Alzan ingin meminta restu Om Galang terlebih dahulu. Tapi Alzan nunggu waktu yang pas dulu untuk bertemu dan mengutarakan niat Alzan dengan Om Galang Mi, Bi? Menurut Abi sama Umi bagaimana?''

Abi Daud dan Umi Sanum tersenyum menatap Alzan yang menatap khawatir ke arah keduanya.

''Umi setuju kalau memamg niat baik kamu untuk memgkhitbah Asa, Umi juga seneng kok kalau Asa jadi menantu Umi. Tapi kamu tau kan Asa masih sekolah hingga dua bulan menunggu kelulusan. Dia pasti punya impian setelah lulis sekolah nantinya, jadi kamu siap dengan apa pun keputusan Asa nantinya kan?'' tanya Umi Sanum.

''Inya Allah Alzan siap, Umi. Alzan akan menerima keputusan apa pun yang akan di ucap Om galang dan Asa nantinya.''

''Besok malam kita akan ke rumahnya Galang membahas perjodohan ini, nanti Abi akan mengabari Galang.'' celetuk Abi Daud.

***

''Baru selesai operasi ya, Dokter Adam?'' tanya Anggi saat Adam kuar dari pintu ruang operasi.

Sebelumnya Anggi sedang berjalan di lorong rumah sakit lalu melihat Adam yang keluar dari rumah sakit seraya membuka masker medisnya.

Adam mengangguk, ''Iya, Dokter Anggi. Kalau begitu saya pamit ke ruangan dulu, Assalamualaikum. ''

''Waalaikumsalam ... '' jawab Anggi dan berlalu menuju kantin rumah sakit.

***

Hari ini adalah hari minggu.

Seperti rutinitas pada hari biasanya, Asa mencuci pakaian sekolahnya beserta sepatunya.

Setelah selesai semuanya ia berjalan menuju kamar Adam untuk meminta izin menemani sang Mama untuk hari ini dan ia berencana untuk menginap di rumah sakit dan akan pulang esok pagi.

''Bang Adam!?'' panggil Asa mengeraskan suaranya setibanya di depan pintu Adam.

Tak ada sahutan dari sang empu pada akhirnya Asa mengetuk pintu Adam.

''Kenapa, Dek?'' tanya Adam yang menahan kantuknya seraya menggaruk kepalanya karena ia baru subuh tadi pulang setelah menyiapkan pekerjaannya.

''Asa mau ke tempat Mama dan menginap disana, besok pagi Asa pulang.''

Adam sedikit membuka matanya menatap Asa yang mendongak menatapnya.

''Boleh ya, Bang?'' mohon Asa dengan puppy eyesnya.

Adam menghela napasnya pasrah lalu mengangguk. Asa bersorak ria lalu pamit pada Adam.

''Hati-hati di jalan, Dek. Tadi pagi Abang udah naruh uang di bawah buku meja belajar kamu untuk keperluan kamu.''

''Beneran, Bang? Makasih banyak! Sayang Abang Dam Dam banyak-banyak!'' girang Asa memeluk Adam sekilas lalu berlari ke arah kamarnya.

Adam terkekeh melihat tingkah adiknya itu lalu kembali masuk ke dalam kamar dan melanjutkan kembali tidurnya.

~••~

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang