13

176 10 0
                                    

_____________________________________________
Tandai typo

Malam tlah tiba, terlihat Asa sedang berkutat di dapur menyiapkan makan malam untuk Papa dan Abangnya.

Asa menghela napas perlahan setelah siap memasak. Dengan langkah kecilnya seraya menenteng makanan ringan Asa berjalan kearah jendela yang berhadapan langsung dengan halaman rumah.

Gadis itu menatap luar dari balik jendela menunggu Adam dan Galang pulang seraya memakan makanan ringan yang ia bawa dari dapir tadi.

Asa menunduk menatap isi plastik makanan ringannya, "Yah ... udah abis!" lesu Asa.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan Adam yang menyampirkan jas putihnya di lengan tangannya. Ia mengerutkam kening kala melihat Adik kesayangannya itu sedang duduk lesehan di depan jendela seraya memakan makanan ringan.

"Ngapain, Dek?" bingungnya.

Asa mendongak lalu menyodorkan kantung Plastik makanan ringan itu yang sudah habis isinya ke arah Adam, "Abis."

Adam mengangguk lalu mengambil kantung plastik kosong itu lalu berjalan mendekati Asa, "Ngapain duduk lesehan disitu?" seraya melirik jendela sekilas.

"Nunggu, Bang Adam pulang," jawab Asa sekenanya lalu mencium punggung tangan Adam.

Adam menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Adiknya itu masih belum berubah. Setiap ia pulang dari mana pun, pasti ia akan melihat Adiknya itu yang sedang menunggunya atau menunggu orang tuanya di depan jendela.

"Gemes banget Adek gue," lalu mencium kening Asa.

Asa mendongak, "Bang? Papa kok belum pulang ya jam segini?"

Adam yang tadinya senyum kini luntur, "Papa lagi nemenin Mama, Dek."

Asa mengangguk lalu menarik Adam menuju dapur, "Asa udah masak untuk Abang dan Papa, tapi karena Papa nggak pulang jadi untuk Bang Adam habisin aja deh." seraya memasukkan nasi serta lauk-pauk ke dalam piring Adam.

"Bang Adam tu harus makan yang banyak, biar cepet nikah." ngawur Asa.

Adam tercengang, "Apa hubungannya makan banyak biar cepet nikah, Dek?" bingungnya seraya memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

Asa mengedikkan bahu, "Nggak tau!" entengnya yang membuat Adam merotasikan matanya malas.

Hening. Adam pokus mengabiskan makanannya dan Asa pokus dengan ponselnya. "Alhamdulillah ... " gumam Adam setelah selesai makannya.

Tepat saat Adam selesai makan, Adzan Isya berkumandang. "Yuk solat, sekalian mau nagih hapalan surat pendek yang Abang minta." ucap Adam seraya menaruh piring bekas ia makan tadi di tempat cuci piring.

Adam menatap Asa yang diam, "Udah hapal kan?" seraya mengusap puncak kepala Asa.

Asa mendongak menatap Adam, lalu mengangguk. Kemudian mereka menunaikan ibadah salat Isya. Sebelumnya Adam sudah mengganti pakaiannya dengan baju koko.

Asa memejamkan matanya kala mendengar suara Adam yang sangat merdu saat membacakan surah pendek. Tak lama kemudian mereka selesai solat isya.

Asa menyalimi punggung tangan Adam dan Adam yang mencium singkat kening Asa. Asa mengerutkan kening kala Adam bangkit dari duduknya dan membuka laci yang berada di sampingnya.

Asa semakin mengerutkan keningnya dalam melihat Adam yang memegang palu mainan. "Untuk apa?" tanyanya kala Adam sudah duduk di hadapannya dengan senyum semringah.

"Malu Asa," enteng Adam seraya mengetuk pelan kepala Asa dengan palu mainan itu.

"Iyyih ... Bang Adam ngeselin!" pekik Asa mengejar Adam yang berlari menghindarinya.

Adam tertawa lepas seraya menghindar dari pukulam Asa hingga akhirnya ia berhenti karena lelah.

"Udah-udah Abang minta maap." pungkas Adam menahan tangan Asa yang hendak menjambak rambutnya.

Kemudian mereka kembali duduk. Adam memegang palu mainan itu dan menatap Asa serius kala Asa mulai membacakan surah pendek yang sudah di hapalnya.

Adam mengetuk kepala Asa dengan palu mainan itu kala Asa salah membacakan surah pendek yang di bacanya. Asa ingin sekali membalas perlakuan Abangnya itu, tapi apa lah daya, lebih baik ia memperbaiki kesalahannya saat membaca surah pendek tadi dan membacanya ulang kembali.

Asa bernapas lega kala ia sudah menyelesaikan hapalannya. Adam tersenyum seraya mengusap puncak kepala Asa, "Adek Abang emang pinter!" lalu menjawil hidung Asa.

"Iiih! Abang ... " rengeknya membuat Adam tertawa lepas.

~••~

ASA (Lengkap/TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang